Kamis, 13 Februari 2014

PANGGILAN ALLAH ITU INDAH*


*Dinil Abrar Sulthani 
Ketua Kajian & Dakwah Islam PP IPM 2012-2014
substansi artikel Khutbah Id Fitri ini sudah dipublikasikan Majalah Nasional IPM "Kuntum" 2013.
dan artikel ini dipersembahkan buat Ketua PCM Batang Kuis,Deli Serdang,Sumatera Utara untuk Khutbah Id Fitri 1434 H/2013 M.

Hadirin jama’ah Id Fitri yang di rahmati Allah
Alhamdulillah, rasa syukur kita telah melewati bulan yang penuh berkah yaitu bulan suci ramadhan, 30 hari lamanya kita berproses menempa diri dengan mengamalkan puasa, mendirikan shalat fardu dan sunnah serta mengkaji dan tadarrus al-Qur’an, semoga apa yang telah diperbuat selama bulan ramdhan menjadikan pribadi kita menjadi lebih baik, mulia dan bertaqwa. Amin.
Maka dari itu untuk merefleksi ramadhan yang telah berlalu, ada baiknya kita merumuskan Nilai hidup baru dalam menjalani hidup dan kehidupan 1 tahun ke depan menjadi hidup yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi ummat dan masyarakat sekitar. Memiliki hidup yang bermakna dan bermanfaat bagi ummat adalah dambaan bagi setiap manusia yang ingin selalu dekat dengan Allah Swt. Nilai hidup tersebut bukan datang dengan sendirinya namun haruslah diupayakan untuk dimiliki bagi setiap muslim, agar timbul ketenangan jiwa dan pikiran serta kemudahan dalam menjalani kehidupan. Maka perlu perencanaan dengan baik dan benar, yang tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Maka melalui isi materi khutbah ini, Khatib mencoba merumuskankan formula hidup yang direduksi dari nilai-nilai ramadhan yang telah dijalani.

Hadirin jama’ah Id Fitri yang di rahmati Allah
Formula itu Khatib namakan “Panggilan Allah itu Indah”
Panggilan Allah itu adalah panggilan yang paling dan maha indah, tidak ada yang menandingi atau menyamai keindahan panggilan tersebut. Sangat beruntung manusia yang masih dapat mendengarkan panggilan tersebut, namun kebanyakan manusia tidak sadar kalau Allah memanggil hamba-Nya. Maka melalui materi ini, khatib menguraikan panggilan Allah Swt. yang indah itu menjadi 3 bagian :
                                                                                                             
1.      Substansi panggilan Allah Swt.
Panggilan Allah itu adalah seruan Allah dan Rasul-Nya kepada hamba-Nya untuk tunduk patuh kepada perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Allah Swt. Berfirman dalam surat al-Anfal ayat 24 berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”

Dari ayat di atas dengan sangat tegas Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk memenuhi seruan atau panggilan-Nya. Panggilan menuju keimanan dan semua bentuk perbuatan atau amalan yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Panggilan itu untuk menjalankan perintah-Nya dengan sungguh-sungguh dan menjauhi larangan-Nya dengan tegas. Dalam pelaksanaan taat kepada Allah dengan benar maka langkah kedua yang harus dilakukan setiap muslim adalah memenuhi seruan Rasul Muhammad untuk mencontoh dan meneladani bagaiamana cara berubudiyah yang baik dan benar serta berakhlak mulia sehingga terbina hubungan yang baik kepada Allah dan hubungan baik kepada manusia-masyarakat sekitar. Jadi jelas kiranya, bahwa memenuhi panggilan Allah itu wajib bagi setiap muslim, dengan memenuhi panggilan tersebut akan tertanam didalam hati ketenangan jiwa dan dekat dengan Allah Swt. 

Hadirin jama’ah Id Fitri yang di rahmati Allah
2.      Paham dengan panggilan Allah
Sebagai manusia yang diciptakan dengan sempurna yang telah dibekali akal fikiran dan banyak nikmat sejak dari mulai lahir sampai sekarang, tentulah merupakan tanda bukti kebesaran Allah yang tampak pada diri membuktikan kasih dan sayang-Nya buat hamba-hamba-Nya. Maka dari sekelumit dari banyaknya pemberitahuan tersebut setidaknya itu merupakan bentuk panggilan Allah bagi hamba-Nya untuk menggunakan akal berpikir tentang kekuasaan agar tunduk patuh kepada aturan-Nya.
Memahami panggilan tersebut yaitu mengetahui dengan baik dan bersedia mengupayakan untuk melaksanakannya. Beberapa panggilan Allah yang harus dipahami diantaranya :
a.      Panggilan Allah bentuk tertulis
Panggilan Allah ini berupa perintah, larangan, anjuran, kepada hamba-Nya yang tertera dalam al-Qur’an dan dijelaskan melalui al-Hadits, maka sebagai hamba yang baik adalah membacanya, mempelajarinya dan mulai mengamalkannya, dimulai dari satu ayat untuk banyak ayat, mulai dari amalan yang ringan tapi rutin sampai kepada menjauhi larangan yang kecil hingga larangan besar.

b.      Panggilan Allah bentuk tidak tertulis
Panggilan Allah ini sering disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah, yaitu bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran Allah, matahari dengan disiplin terbit setiap pagi di ufuk timur, malam berhiaskan bintang, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, merupakan beberapa contoh peringatan bagi manusia untuk patuh tunduk kepada penciptanya. Sebuah pesan Allah melalui alam kepada manusia untuk memenuhi seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan inilah seruan/panggilan Allah yang tersirat dalam alam semesta.
Allah Swt. Berfirman dalam surat Ali-Imran 190 :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

c.       Panggilan Allah berupa seruan Adzan
Panggilan ini bukan hanya sebagai penanda telah masuknya waktu shalat yang diperdengarkan melalui corong masjid atau musholla, lebih dari itu adzan merupakan bentuk panggilan Allah yang dikumandangkan untuk mengajak kaum muslimin bersegera mendirikan shalat, terlebih dengan pergi ke masjid atau musholla untuk shalat secara berjama’ah.
Allah Swt. berfirman dalam surat al-Maidah 58;
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
Artinya :Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.”

Sebagai seorang muslim haruslah mengetahui dan memahami dengan baik mana panggilan Allah dan manapula yang tidak panggilan-Nya.
sebagai contoh :
1)      Ayam tahu ketika dipanggil oleh pemilik ayam dengan menyuarakan khas bunyi untuk ayam (baca; ker..ker..), maka dengan berlari ayam mengejar mendatangi sumber panggilan tersebut.
2)      Kucing pun tahu ketika dipanggil oleh pemilik kucing dengan menyuarakan khas panggilannya (baca; pus..pus..), maka dengan serta merta kucing berlari menuju sumber panggilan untuknya.
Dari contoh diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan :
-         Ayam dan kucing tahu panggilan khas untuk mereka
-         Ada sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh ayam dan kucing
-         Bergegas dengan berlari mendatangi sumber panggilan
-         Meninggalkan kegiatan yang sedang dilakukan ayam dan kucing

Dari perumpamaan diatas, bukan maksud hati menyamakan manusia dengan hewan, namun memberikan perumpamaan bahwa hewan tahu jenis panggilan khusus untuknya, dan bukankah manusia harus banyak mengambil ikhtibar pelajaran dari 5 jenis hewan yang tercantum dalam al-Qur’an seperi al-Baqarah (sabi betina), an-Nahl (lebah madu), an-Naml (semut), al-Fil (gajah), dan al-Ankabut (laba-laba).

Hadirin jama’ah Id Fitri yang di rahmati Allah
Maka dengan itu, hendaklah sebagai seorang muslim, ketika dikumandangkan adzan oleh muadzin maka secara paham menyadari bahwa ini adalah panggilan Allah khusus untukku, dan khusus untuk ummat muslim, maka tinggalkanlah sejenak aktifitas dan bersegeralah mendatangi sumber adzan yaitu masjid atau musholla untuk melaksanakan sholat secara berjamaah karena memang sangat benar kita yang butuh Allah dan bukan Allah yang butuh kita. Dengan menyadari kalau manusia lah yang butuh Allah maka ketika menjalankah ibadah (baca; Shalat), hendaknya meningkat cara pandang pikiran, disamping itu sebagai sebuah kewajiban maka Shalat adalah sebuah kebutuhan. Selagi masih mengaggap shalat adalah sebuah kewajiban ada sebagian indikasi ketika mengerjakannya hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, Namun ketika Shalat sudah diumpamakan sebagai kebutuhan maka dengan itu naik setingkat kesungguhan diri mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bak umpama seperti oksigen yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia tanpa oksigen manusia akan mati, seperti itu pula halnya Shalat harus diposisikan sebagai kebutuhan, tanpa sholat manusia akan mati yaitu mati jiwa dan sengsara dunia akhirat, Na’uzubillah min dzalik.
Dan juga boleh tambahkan khusus bagi Muadzin yang mengumandangkan seruan Allah hendaklah melantunkannya dengan suara yang indah, merdu dan baik tajwidnya. Ketika adzan itu dilantunkan dengan indah dan baik tajwidnya merupakan bentuk panggilan yang syahdu ke relung jiwa, menggetarkan keimanan, timbul rasa ingin segera bertemu Allah. Sebagai catatan; tidak sedikit manusia yang insaf ketika mendengar adzan, tidak sedikit pula ummat non muslim rela meninggalkan agamanya menuju agama islam ketika mendengar adzan dikumandangkan, tentulah disamping itu sudah menjadi takdir Allah memberikan hidayah, ditambah juga dengan lantunan yang merdu dan syahdu. Boleh lah mendengarkan bagaimana adzan asal jadi, salah tajwidnya ditambah pula fals suaranya, untuk komentar khatib kembalikan kepada hadirin !. Bukan berarti tidak ada yang bisa melantunkan adzan dengan merdu maka tidak ada yang mau menjadi mu’adzin, ya minimal tahu tajwidnya. Sehingga apa yang dikumandangkan itu benar secara bahasa arab demi pemahaman menjaga makna bahasa yang berbeda dengan bahasa Indonesia. 

Hadirin jama’ah Id Fitri yang di rahmati Allah
3.      Panggilan yang diharapkan
Panggilan yang diharapkan ini adalah panggilan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Banyak harta dan banyak waktu belum tentu bisa menunaikan ibadah haji sebelum ada panggilan Allah, begitu juga sebaliknya, tidak ada harta dan kurang waktu namun jika Allah memanggil, apa yang tidak munkin buat Dia, maka Allah akan memberikan rizky dan melapangkan waktu untuk mengundang hamba-Nya berkunjung ke rumah-Nya.

            Allah berfirman dalm surat Ali-Imran 97 ;
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Dari ayat di atas bolehlah diambil pelajaran bahwa haji adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan minimal sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu. Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh ummat muslim yang mampu secara ekonomi, fisik, psikologis, yang ditunaikan dengan ikhlas mengharapkan ridho Allah.
Mari doakan bagi ummat muslim yang akan menunaikan ibadah Haji pada tahun ini, semoga mendapatkan predikat haji mabrur. Dan tak lupa juga kita selalu berdoa kepada Allah, Mudah-mudahan tahun depan Allah memanggil kita untuk mengunjungi rumah-Nya. Sehingga tercapailah harapan memenuhi panggilan yang dinanti-nanti oleh seluruh ummat muslim di dunia ini.

PRIBADI NEGARAWAN*


*Dinil Abrar Sulthani
Alumni Pelatihan Pemuda Angkatan V LEMHANNAS RI (15-19 April 2013)
Alumni Pelatihan Out Bound & NAC SETUKPA LEMDIK POLRI (19-21 April 2013)

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari banyak daerah, suku, pulau, yang tersebar di seluruh nusantara Indonesia. Sehingga dikenallah istilah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang berorientasi kepada penyatuan seluruh elemen dan masyarakat yang beraneka ragam suku untuk kemajuan dan eksistensi Bangsa Indonesia.

Sudah 68 tahun Indonesia merdeka, sejak dicetuskannya hari kelahiran bangsa Indonesia 17 Agustus 1945, tidak sedikit perjuangan yang sudah dilewati bangsa Indonesia, berkorban jiwa, bersimbah darah, menguras tenaga dan pikiran serta perasaan demi menggelorakan Indonesia bersatu untuk maju yang terumuskan dalam dasar Negara Indonesia. Perjuangan demi perjuangan setidaknya menjadi contoh tauladan dan pelajaran berharga bagi pemuda khususnya dan masyrakat pada umumnya untuk melihat kembali lagi kebelakang betapa pentingnya memiliki semangat perjuangan, semangat pengorbanan, semangat bela Negara dan semangat bernegara. Melihat kebelakang sejenak bak upama seperti “menarik anak panah pada busur kebelakang, semakin jauh kebelakang semangkin jauh melesat anak panah tersebut” begitu pula bangsa masyarakat bangsa Indonesia, semangkin banyak mempelajari sejarah, menilik nilai-nilai patriotisme dan mencoba mengamalkannya maka kemajuan Indonesia bukan suatu yang sulit lagi bagi bangsa Indonesia yang memiliki potensi khas nusantaranya.

Namun, sangat riskan sekali kalau dipandang fenomena yang terjadi di Negara ini, semua lini saling menyalahkan, entah siapa yang memulai, dan munkin siapa yang menunggangi, tapi yang nampak hampir seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat sudah mulai terlupa apa sebenarnya jati diri Negara Indonesia. Banyak korupsi disana-sani, mulai elit pusat sampai elit pedesan, banyak kasus memalukan yang terjadi, pemerkosaan, penculikan, trafficking, illegalloging, dan seterusnya. Ini masalah besar, ini tugas besar, yang bukan menjadi tanggung jawab pemerintah saja tapi seluruh lapisan masyarakat hendaknya menyadari ini meruapakan tanggung jawab bersama. Solusi cantik adalah saling mengingatkan, saling intropeksi diri, bekerja keras dan professional, utamakan kesejahteraan masyarakat. Wajar saja, Indonesia baru merdeka berumur 68 tahun, kalau boleh melihat ada beberapa Negara di belahan dunia ini lebih dari ribuan tahun tapi mereka masih dalam proses menuju Negara maju. Tapi, apa perlu kita menunggu sampai selama itu? Tentu jawabannya tidak! , lihat belahan Negara di Asia tenggara mereka bisa berkembang pesat dan maju. Kenapa kita tidak bisa! Saya yakin kita bisa.

Tentu itu, tidak hal yang mudah untuk dilakukan, maka dari itu maka mulailah menjadi pribadi yang patriotis atau pribadi negarawan. Ada 3 (tiga) hal untuk menjadi pribadi negarawan. Pertama, Cintailah tanah air, tanah ibu pertiwi, dengan semangat mencintai tanah air maka akan timbul moivasi dan semangat untuk memperbaiki dan memajukan bangsa Indonesia mulai dari lingkup yang kecil, mulai dari hal terkecil, lingkungan keluarga hingga masyarakat sekitar, seperti peduli sesama, menolong, gotong royong, memberikan pembelajaran baru kepada masyarakat awam, dan lain sebagainya. Dengan adanya niat dan perbuatan sekecil itu maka sudah menyumbangkan hal terbesar dalam memajukan bangsa Indonesia. Kedua, perdalam dan penghayatan tentang empat pilar kebangsaan; mengaplikasakan ideologi pancasila, berpijak kepada undang-undang dasar 1945, menjaga hubungan yang harmonis yang terpatri pada nilai-nilai NKRI, dan menyatukan semangat bersama dalam Bhineka Tunggal Ika, walau berbeda-beda tetap satu jua, Indonesia persatuan dan Indonesia bersama. Ketiga, mengamalkan nilai-nilai keagamaan sesuai dengan kepercayaan masing-masing individu masyarakat, semakin kuat keberagamaan seseorang akan tercermin dengan akhlak yang mulia, perilaku yang baik dan bersahaja.

Banyak cara untuk memajukan Negara Indonesia, namun menurut hemat saya untuk mewujudkan Negara yang baik maka seluruh masyarakatnya harus menjadi pribadi yang bernegarawan. Diantaranya dengan mengamalkan cara 3 (tiga) hal tersebut di atas. Mudah-mudahan bila diamalkan maka akan menghasilkan terobosan yang baru. Masyarakat terhindar dari moral yang buruk, seperti; tidak ada lagi yang namanya korupsi, apalagi yang sering terdengar korupsi berjamaah, tidak ada lagi pelecehan moral, mudah-mudah semuanya menjadi terminimalisir. Hidup Indonesia, Jaya Pribadi Negarawan.

Senin, 10 Februari 2014

SIM PENAWAR BENCANA*

* Dinil Abrar Sulthani, S.Pd.I
artikel Khutbah Jum'at ini sudah diterbitkan Majalah Nasional SM Edisi 4 - 04/98 * 15-28 Februari 2013 

Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Hampir di seluruh penjuru tanah Indonesia ini merata ditimpa bencana, longsor, gempa bumi, tsunami, kebakaran, gunung meletus sampai musibah banjir yang kini sedang melanda Ibu Kota Indonesia. Dari sekian banyak musibah yang terjadi, banyak pula yang kehilangan harta benda, sanak keluarga yang meninggal. Namun di sini pulalah, kuasa Allah untuk menekankan kembali kepada hamba-Nya mengimani rukun iman yang ke 6, yaitu percaya qadar baik, dan qadar buruk. 

Dan ini pulalah, satu bentuk cara Allah untuk hamba-Nya agar kembali mengingat-Nya. Bahwa hidup tidak selamanya bahagia, ataupun hidup tidak selamnya pula sengsara. Maka, manusia harus berusaha kembali memikirkan dan bertafakkur apa sebenarnya hikmah atau ikhtibar dari bencana yang tengah terjadi di negeri ini. Maka, dengan kami uraikan materi khutbah ini dengan kata S-I-M

Yang pertama, S adalah Sabar
Sabar adalah tahan menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, menerima dengan lapang dada seraya memikirkan, tentu Allah punya rencana yang lebih baik di balik dari musibah ini yang belum diketahui. Ketika manusia mendekati-Nya dengan sejengkal, maka Dia akan mendekat sehasta, jika manusia mendekati-Nya sehasta, maka Dia mendekat sedepa begitu seterusnya. Sungguh, Maha Besar Allah mengajarkan hamba-Nya untuk selalu optimis dan tenang dalam menghadapi segala hal, termasuk di antaranya dalam menghadapi musibah yang tengah melanda. Maka, sebagai hamba Allah yang baik seyogyanya dengan adanya musibah yang menimpa semakin bertambah keyakinan dan mengoptimalkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada-Nya.
 
Yang kedua, I adalah Istiqamah.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita,” (Al-Ahqaaf: 13). 
Istiqamahlah cara yang tepat untuk mengantisipasi semua itu, harus teguh pendirian. Kalau tidak, katakan tidak dan kalau yakin, katakan yakin, ketika diucapkan dengan lisan hujamkan dengan sekuat tenaga sedalamdalamnya ke hati, bahwa yang benar harus dipertahankan. Teguh prinsip, bahwa Allah akan menolong hamba-Nya. Tidak mungkin Allah memberikan musibah tanpa ada jalan keluarnya. Maka, mohon kepada Allah agar dikuatkan iman dan dimudahkan jalan keluar dari musibah yang tengah dihadapi. Dan itu dipertegas dengan kandungan ayat di atas, bagi manusia yang telah mengikrarkan lahir dan batin secara kaffah mengakui hanya Allah Tuhan yang wajib disembah kemudian ia istiqamah, maka tidak akan ada kekhawatiran dari siapa pun dan di mana pun. Baik itu manusia yang ingin berbuat buruk, hewan yang akan mencelakai maupun setan yang tiada putus asa menggoda manusia. Dan juga ketika manusia sudah istiqamah ia tidak akan merasa berduka cita dan sedih karena Allah selalu berada didekat-Nya. Maka, manusia selalu bertasbih Hasbunallah wani’mal wakil. 

Yang ketiga M adalah Mulai 
Ketika manusia sudah sabar dan istiqamah dari musibah yang menimpa maka langkah selanjutnya yang terpenting adalah memulai. Mulai memperbanyak ibadah, mulai memperbaiki diri, mulai berfikir dan mencari solusi, mulai bekerja sama. Kata mulai, mulai dan mulai haruslah dikibarkan ketika musibah tengah melanda. Sehebat apa pun rencana, sesistematik apa pun strategi, sampai berbusa mulut berkoar-koar kalau tidak dimulai sama halnya dengan omong kosong. Terkadang rasa enggan dan malas yang sering diturutkan. Sehingga menunda untuk memulai. Padahal, dengan memulai sesuatu dan apa pun itu dapat diraih. Dengan bermodalkan sabar dan istiqamah tadi hendaknya semangat untuk memulai harus segera ditumbuhkan. Dan ketika kita sudah terbiasa terlatih untuk memulai, maka lakukanlah pekerjaan selanjutnya, sebagaiamana anjuran Firman Allah SwT sebagai berikut: 
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Artinya: “Maka, apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Al-Insyirah: 7).
Jadi, jelaslah kiranya ketika manusia ingin keluar dari masalah atau musibah yang tengah dihadapi, maka mulailah melakukan sesuatu walaupun itu kecil dan menyegerakannya secepat mungkin. Lebih cepat lebih baik. 

Jamaah Jum’at yang berbahagia 
Akhir dari materi khutbah ini mari kita resapi dengan baik surat Al-Insyirah ayat 5-6: 
       فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Maka, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (Al-Insyirah 5-6). 
Dari ayat di atas menjelaskan, bahwa kemudahan itu selalu bersamaan atau berdampingan dengan kesulitan. Bukan kemudahan sesudah kesulitan. Tetapi, sekali lagi kemudahan berdampingan berarti bersamaan dengan kesulitan. Tugas manusia untuk mencari apa solusi dari musibah yang terjadi, tentu ada jalan keluarnya, tidak mungkin tidak. Karena kesulitan berpasangan dengan kemudahan dan musibah selalu berpasangan dengan anugerah. Dengan musibah yang menimpa di negeri ini memberikan pelajaran berharga, bahwa kita harus menjadi lebih memikirkan dan mendewasakan diri. Dan yang paling terpenting adalah mendekatkan diri kepada Allah SwT.