*Dinil Abrar Sulthani
Ketua Kajian & Dakwah Islam PP IPM 2012-2014
substansi artikel Khutbah Id Fitri ini sudah dipublikasikan Majalah Nasional IPM "Kuntum" 2013.
dan artikel ini dipersembahkan buat Ketua PCM Batang Kuis,Deli Serdang,Sumatera Utara untuk Khutbah Id Fitri 1434 H/2013 M.
Hadirin jama’ah Id Fitri yang di
rahmati Allah
Alhamdulillah, rasa
syukur kita telah melewati bulan yang penuh berkah yaitu bulan suci ramadhan,
30 hari lamanya kita berproses menempa diri dengan mengamalkan puasa,
mendirikan shalat fardu dan sunnah serta mengkaji dan tadarrus al-Qur’an,
semoga apa yang telah diperbuat selama bulan ramdhan menjadikan pribadi kita
menjadi lebih baik, mulia dan bertaqwa. Amin.
Maka dari itu untuk
merefleksi ramadhan yang telah berlalu, ada baiknya kita merumuskan Nilai hidup
baru dalam menjalani hidup dan kehidupan 1 tahun ke depan menjadi hidup yang
lebih bermakna dan bermanfaat bagi ummat dan masyarakat sekitar. Memiliki hidup
yang bermakna dan bermanfaat bagi ummat adalah dambaan bagi setiap manusia yang
ingin selalu dekat dengan Allah Swt. Nilai hidup tersebut bukan datang dengan
sendirinya namun haruslah diupayakan untuk dimiliki bagi setiap muslim, agar
timbul ketenangan jiwa dan pikiran serta kemudahan dalam menjalani kehidupan.
Maka perlu perencanaan dengan baik dan benar, yang tetap mengikuti aturan yang
telah ditetapkan Allah dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Maka melalui isi materi
khutbah ini, Khatib mencoba merumuskankan formula hidup yang direduksi dari
nilai-nilai ramadhan yang telah dijalani.
Hadirin jama’ah Id Fitri yang di rahmati
Allah
Formula itu Khatib namakan
“Panggilan Allah itu Indah”
Panggilan Allah itu adalah
panggilan yang paling dan maha indah, tidak ada yang menandingi atau menyamai
keindahan panggilan tersebut. Sangat beruntung manusia yang masih dapat
mendengarkan panggilan tersebut, namun kebanyakan manusia tidak sadar kalau
Allah memanggil hamba-Nya. Maka melalui materi ini, khatib menguraikan
panggilan Allah Swt. yang indah itu menjadi 3 bagian :
1.
Substansi panggilan
Allah Swt.
Panggilan
Allah itu adalah seruan Allah dan Rasul-Nya kepada hamba-Nya untuk tunduk patuh
kepada perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Allah Swt. Berfirman
dalam surat al-Anfal ayat 24 berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ
إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,
Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan
Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
Dari
ayat di atas dengan sangat tegas Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk
memenuhi seruan atau panggilan-Nya. Panggilan menuju keimanan dan semua bentuk
perbuatan atau amalan yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Panggilan itu untuk menjalankan perintah-Nya dengan sungguh-sungguh
dan menjauhi larangan-Nya dengan tegas. Dalam pelaksanaan taat kepada Allah
dengan benar maka langkah kedua yang harus dilakukan setiap muslim adalah
memenuhi seruan Rasul Muhammad untuk mencontoh dan meneladani bagaiamana cara
berubudiyah yang baik dan benar serta berakhlak mulia sehingga terbina hubungan
yang baik kepada Allah dan hubungan baik kepada manusia-masyarakat sekitar. Jadi
jelas kiranya, bahwa memenuhi panggilan Allah itu wajib bagi setiap muslim,
dengan memenuhi panggilan tersebut akan tertanam didalam hati ketenangan jiwa
dan dekat dengan Allah Swt.
Hadirin jama’ah Id Fitri yang di
rahmati Allah
2.
Paham dengan panggilan
Allah
Sebagai
manusia yang diciptakan dengan sempurna yang telah dibekali akal fikiran dan
banyak nikmat sejak dari mulai lahir sampai sekarang, tentulah merupakan tanda
bukti kebesaran Allah yang tampak pada diri membuktikan kasih dan sayang-Nya
buat hamba-hamba-Nya. Maka dari sekelumit dari banyaknya pemberitahuan tersebut
setidaknya itu merupakan bentuk panggilan Allah bagi hamba-Nya untuk menggunakan
akal berpikir tentang kekuasaan agar tunduk patuh kepada aturan-Nya.
Memahami
panggilan tersebut yaitu mengetahui dengan baik dan bersedia mengupayakan untuk
melaksanakannya. Beberapa panggilan Allah yang harus dipahami diantaranya :
a. Panggilan Allah
bentuk tertulis
Panggilan
Allah ini berupa perintah, larangan, anjuran, kepada hamba-Nya yang tertera
dalam al-Qur’an dan dijelaskan melalui al-Hadits, maka sebagai hamba yang baik
adalah membacanya, mempelajarinya dan mulai mengamalkannya, dimulai dari satu
ayat untuk banyak ayat, mulai dari amalan yang ringan tapi rutin sampai kepada
menjauhi larangan yang kecil hingga larangan besar.
b. Panggilan Allah
bentuk tidak tertulis
Panggilan
Allah ini sering disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah, yaitu bukti-bukti
kekuasaan dan kebesaran Allah, matahari dengan disiplin terbit setiap pagi di
ufuk timur, malam berhiaskan bintang, air selalu mengalir ke tempat yang lebih
rendah, merupakan beberapa contoh peringatan bagi manusia untuk patuh tunduk
kepada penciptanya. Sebuah pesan Allah melalui alam kepada manusia untuk
memenuhi seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan inilah
seruan/panggilan Allah yang tersirat dalam alam semesta.
Allah
Swt. Berfirman dalam surat Ali-Imran 190 :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
c. Panggilan Allah
berupa seruan Adzan
Panggilan
ini bukan hanya sebagai penanda telah masuknya waktu shalat yang diperdengarkan
melalui corong masjid atau musholla, lebih dari itu adzan merupakan bentuk
panggilan Allah yang dikumandangkan untuk mengajak kaum muslimin bersegera
mendirikan shalat, terlebih dengan pergi ke masjid atau musholla untuk shalat
secara berjama’ah.
Allah Swt. berfirman dalam surat
al-Maidah 58;
وَإِذَا
نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ۚ
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
Artinya : “Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu
adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.”
Sebagai
seorang muslim haruslah mengetahui dan memahami dengan baik mana panggilan
Allah dan manapula yang tidak panggilan-Nya.
sebagai
contoh :
1) Ayam tahu
ketika dipanggil oleh pemilik ayam dengan menyuarakan khas bunyi untuk ayam (baca;
ker..ker..), maka dengan berlari ayam mengejar mendatangi sumber panggilan
tersebut.
2) Kucing pun tahu
ketika dipanggil oleh pemilik kucing dengan menyuarakan khas panggilannya (baca;
pus..pus..), maka dengan serta merta kucing berlari menuju sumber panggilan
untuknya.
Dari contoh diatas,
dapat ditarik beberapa kesimpulan :
-
Ayam dan kucing tahu panggilan khas untuk mereka
-
Ada sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh ayam dan kucing
-
Bergegas dengan berlari mendatangi sumber panggilan
-
Meninggalkan kegiatan yang sedang dilakukan ayam dan
kucing
Dari
perumpamaan diatas, bukan maksud hati menyamakan manusia dengan hewan, namun
memberikan perumpamaan bahwa hewan tahu jenis panggilan khusus untuknya, dan
bukankah manusia harus banyak mengambil ikhtibar pelajaran dari 5 jenis hewan
yang tercantum dalam al-Qur’an seperi al-Baqarah (sabi betina), an-Nahl (lebah
madu), an-Naml (semut), al-Fil (gajah), dan al-Ankabut (laba-laba).
Hadirin jama’ah Id Fitri yang di
rahmati Allah
Maka dengan itu,
hendaklah sebagai seorang muslim, ketika dikumandangkan adzan oleh muadzin maka
secara paham menyadari bahwa ini adalah panggilan Allah khusus untukku, dan
khusus untuk ummat muslim, maka tinggalkanlah sejenak aktifitas dan
bersegeralah mendatangi sumber adzan yaitu masjid atau musholla untuk
melaksanakan sholat secara berjamaah karena memang sangat benar kita yang butuh
Allah dan bukan Allah yang butuh kita. Dengan menyadari kalau manusia lah yang
butuh Allah maka ketika menjalankah ibadah (baca; Shalat), hendaknya meningkat
cara pandang pikiran, disamping itu sebagai sebuah kewajiban maka Shalat adalah
sebuah kebutuhan. Selagi masih mengaggap shalat adalah sebuah kewajiban ada
sebagian indikasi ketika mengerjakannya hanya untuk menggugurkan kewajiban saja,
Namun ketika Shalat sudah diumpamakan sebagai kebutuhan maka dengan itu naik
setingkat kesungguhan diri mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bak umpama
seperti oksigen yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia tanpa oksigen
manusia akan mati, seperti itu pula halnya Shalat harus diposisikan sebagai
kebutuhan, tanpa sholat manusia akan mati yaitu mati jiwa dan sengsara dunia
akhirat, Na’uzubillah min dzalik.
Dan juga boleh tambahkan
khusus bagi Muadzin yang mengumandangkan seruan Allah hendaklah melantunkannya
dengan suara yang indah, merdu dan baik tajwidnya. Ketika adzan itu dilantunkan
dengan indah dan baik tajwidnya merupakan bentuk panggilan yang syahdu ke
relung jiwa, menggetarkan keimanan, timbul rasa ingin segera bertemu Allah.
Sebagai catatan; tidak sedikit manusia yang insaf ketika mendengar adzan, tidak
sedikit pula ummat non muslim rela meninggalkan agamanya menuju agama islam
ketika mendengar adzan dikumandangkan, tentulah disamping itu sudah menjadi
takdir Allah memberikan hidayah, ditambah juga dengan lantunan yang merdu dan
syahdu. Boleh lah mendengarkan bagaimana adzan asal jadi, salah tajwidnya
ditambah pula fals suaranya, untuk
komentar khatib kembalikan kepada hadirin !. Bukan berarti tidak ada yang bisa
melantunkan adzan dengan merdu maka tidak ada yang mau menjadi mu’adzin, ya
minimal tahu tajwidnya. Sehingga apa yang dikumandangkan itu benar secara
bahasa arab demi pemahaman menjaga makna bahasa yang berbeda dengan bahasa
Indonesia.
Hadirin jama’ah Id Fitri yang di
rahmati Allah
3.
Panggilan yang
diharapkan
Panggilan
yang diharapkan ini adalah panggilan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah.
Banyak harta dan banyak waktu belum tentu bisa menunaikan ibadah haji sebelum
ada panggilan Allah, begitu juga sebaliknya, tidak ada harta dan kurang waktu
namun jika Allah memanggil, apa yang tidak munkin buat Dia, maka Allah akan
memberikan rizky dan melapangkan waktu untuk mengundang hamba-Nya berkunjung ke
rumah-Nya.
Allah
berfirman dalm surat Ali-Imran 97 ;
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ
إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَنْ دَخَلَهُ
كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى
النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ
وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya
: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Dari
ayat di atas bolehlah diambil pelajaran bahwa haji adalah sebuah kewajiban yang
harus dilaksanakan minimal sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu. Ibadah
haji adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh ummat muslim yang mampu secara
ekonomi, fisik, psikologis, yang ditunaikan dengan ikhlas mengharapkan ridho
Allah.
Mari
doakan bagi ummat muslim yang akan menunaikan ibadah Haji pada tahun ini,
semoga mendapatkan predikat haji mabrur. Dan tak lupa juga kita selalu berdoa
kepada Allah, Mudah-mudahan tahun depan Allah memanggil kita untuk mengunjungi
rumah-Nya. Sehingga tercapailah harapan memenuhi panggilan yang dinanti-nanti
oleh seluruh ummat muslim di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar