* Dinil Abrar Sulthani, S.Pd.I
artikel Khutbah Jum'at ini sudah diterbitkan Majalah Nasional SM Edisi 4 - 04/98 * 15-28 Februari 2013
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Hampir di seluruh penjuru tanah Indonesia ini merata ditimpa bencana, longsor, gempa bumi, tsunami, kebakaran, gunung meletus sampai musibah banjir yang kini sedang melanda Ibu Kota Indonesia. Dari sekian banyak musibah yang terjadi, banyak pula yang kehilangan harta benda, sanak keluarga yang meninggal. Namun di sini pulalah, kuasa Allah untuk menekankan kembali kepada hamba-Nya mengimani rukun iman yang ke 6, yaitu percaya qadar baik, dan qadar buruk.
Hampir di seluruh penjuru tanah Indonesia ini merata ditimpa bencana, longsor, gempa bumi, tsunami, kebakaran, gunung meletus sampai musibah banjir yang kini sedang melanda Ibu Kota Indonesia. Dari sekian banyak musibah yang terjadi, banyak pula yang kehilangan harta benda, sanak keluarga yang meninggal. Namun di sini pulalah, kuasa Allah untuk menekankan kembali kepada hamba-Nya mengimani rukun iman yang ke 6, yaitu percaya qadar baik, dan qadar buruk.
Dan ini pulalah, satu bentuk cara Allah untuk hamba-Nya agar kembali mengingat-Nya. Bahwa hidup tidak selamanya bahagia, ataupun hidup tidak selamnya pula sengsara. Maka, manusia harus berusaha kembali memikirkan dan bertafakkur apa sebenarnya hikmah atau ikhtibar dari bencana yang tengah terjadi di negeri ini. Maka, dengan kami uraikan materi khutbah ini dengan kata S-I-M.
Yang pertama, S adalah Sabar
Sabar adalah tahan menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, menerima dengan lapang dada seraya memikirkan, tentu Allah punya rencana yang lebih baik di balik dari musibah ini yang belum diketahui. Ketika manusia mendekati-Nya dengan sejengkal, maka Dia akan mendekat sehasta, jika manusia mendekati-Nya sehasta, maka Dia mendekat sedepa begitu seterusnya. Sungguh, Maha Besar Allah mengajarkan hamba-Nya untuk selalu optimis dan tenang dalam menghadapi segala hal, termasuk di antaranya dalam menghadapi musibah yang tengah melanda. Maka, sebagai hamba Allah yang baik seyogyanya dengan adanya musibah yang menimpa semakin bertambah keyakinan dan mengoptimalkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada-Nya.
Yang kedua, I adalah Istiqamah.
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita,” (Al-Ahqaaf: 13).
Istiqamahlah cara yang tepat untuk mengantisipasi semua itu, harus teguh pendirian. Kalau tidak, katakan tidak dan kalau yakin, katakan yakin, ketika diucapkan dengan lisan hujamkan dengan sekuat tenaga sedalamdalamnya ke hati, bahwa yang benar harus dipertahankan. Teguh prinsip, bahwa Allah akan menolong hamba-Nya. Tidak mungkin Allah memberikan musibah tanpa ada jalan keluarnya. Maka, mohon kepada Allah agar dikuatkan iman dan dimudahkan jalan keluar dari musibah yang tengah dihadapi. Dan itu dipertegas dengan kandungan ayat di atas, bagi manusia yang telah mengikrarkan lahir dan batin secara kaffah mengakui hanya Allah Tuhan yang wajib disembah kemudian ia istiqamah, maka tidak akan ada kekhawatiran dari siapa pun dan di mana pun. Baik itu manusia yang ingin berbuat buruk, hewan yang akan mencelakai maupun setan yang tiada putus asa menggoda manusia. Dan juga ketika manusia sudah istiqamah ia tidak akan merasa berduka cita dan sedih karena Allah selalu berada didekat-Nya. Maka, manusia selalu bertasbih Hasbunallah wani’mal wakil.
Yang ketiga M adalah Mulai
Ketika manusia sudah sabar dan istiqamah dari musibah yang menimpa maka langkah selanjutnya yang terpenting adalah memulai. Mulai memperbanyak ibadah, mulai memperbaiki diri, mulai berfikir dan mencari solusi, mulai bekerja sama. Kata mulai, mulai dan mulai haruslah dikibarkan ketika musibah tengah melanda. Sehebat apa pun rencana, sesistematik apa pun strategi, sampai berbusa mulut berkoar-koar kalau tidak dimulai sama halnya dengan omong kosong. Terkadang rasa enggan dan malas yang sering diturutkan. Sehingga menunda untuk memulai. Padahal, dengan memulai sesuatu dan apa pun itu dapat diraih. Dengan bermodalkan sabar dan istiqamah tadi hendaknya semangat untuk memulai harus segera ditumbuhkan. Dan ketika kita sudah terbiasa terlatih untuk memulai, maka lakukanlah pekerjaan selanjutnya, sebagaiamana anjuran Firman Allah SwT sebagai berikut:
فَإِذَا
فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Artinya: “Maka, apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Al-Insyirah: 7).
Jadi, jelaslah kiranya ketika manusia ingin keluar dari masalah atau musibah yang tengah dihadapi, maka mulailah melakukan sesuatu walaupun itu kecil dan menyegerakannya secepat mungkin. Lebih cepat lebih baik.
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Akhir dari materi khutbah ini mari kita resapi dengan baik surat Al-Insyirah ayat 5-6:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Maka, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (Al-Insyirah 5-6).
Dari ayat di atas menjelaskan, bahwa kemudahan itu selalu bersamaan atau berdampingan dengan kesulitan. Bukan kemudahan sesudah kesulitan. Tetapi, sekali lagi kemudahan berdampingan berarti bersamaan dengan kesulitan. Tugas manusia untuk mencari apa solusi dari musibah yang terjadi, tentu ada jalan keluarnya, tidak mungkin tidak. Karena kesulitan berpasangan dengan kemudahan dan musibah selalu berpasangan dengan anugerah. Dengan musibah yang menimpa di negeri ini memberikan pelajaran berharga, bahwa kita harus menjadi lebih memikirkan dan mendewasakan diri. Dan yang paling terpenting adalah mendekatkan diri kepada Allah SwT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar