Senin, 26 Februari 2018

Pengikut yang hebat

Dewasa ini banyak muncul berbagai fenomena umat Islam yang kembali menguatkan akidahnya. Sebut saja semangat kembali menegakkan nilai-nilai ketauhidan dalam bermasyarakat dan bernegara. Terlepas itu menjadi perdebatan panjang bagi mereka yang setuju dan tidak dengan aktivitas yang terjadi. Namun, setidaknya nuansa bangkitnya keislaman terasa di bumi pertiwi.

Eforia yang keliru jika aksi itu hanya sekedar ajang penampilan diri. Aksi yang hebat itu jika ia hadir dari hati yang bersih dan sadar menegakkan nilai kebaikan dan kebenaran di dalam hidupnya. Dengan begitu, maka niat yang suci dan tulus menjadi pengikut akan bernilai positif. Karena segala aktivitas yang dilakukan berlandaskan pada keyakinan untuk mendekatkan diri pada Allah SwT.

Niat menjadi pengikut hebat itu dapat dicapai dengan adanya kepemahaman yang utuh tentang suatu hal. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan, apalagi karena terpukau dengan pemimpin sehingga membabi buta membelanya tanpa ada pengenalan lebih jauh. Artinya, yang ditekankan di sini ialah ada upaya menghindari taklid buta dan fanatik yang berlebihan tanpa ada sikap kritis. Minimal semangat kritis itu adalah upaya untuk menambah khazanah pengetahuan.


Itulah pentingnya belajar hingga akhir hayat, memiliki sikap kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap nilai dan pengetahuan agama Islam. Akhirnya, hakikat pengikut yang hebat ialah pengikut Nabi Muhammad SAW. Pengikut yang menjalankan anjuran dan sunnahnya, ini dikenal dengan istilah Ittiba’. Mencontoh dengan benar dengan pengetahuan luas dan kontemporer terhadap sikap dan perbuatan Rasulullah yang tertera dalam hadis-hadis yang maqbulah/diterima.

Keluarga Terbaik_part 2

Dalam tulisan sebelumnya disebutkan tentang upaya yang harus dilakukan untuk menggapai keluarga “samawa”. Dan pada tulisan sekarang akan diulas bahaya dan dampak ketika manusia tidak menjaga keluarganya dengan usaha terbaik. Tentu, apapun suatu hal yang tidak dipersiapkan dengan baik akan berujung pada suatu penyeselan yang akan datang dikemudian hari. Penyesalan yang mendalam itu karena tidak ada usaha memperbaiki sebelumnya.

Efek buruk yang muncul karena sikap acuh itu membahayakan bukan hanya bagi keluarga itu sendiri tetapi juga akan berdampak pada lingkungan sekitarnya. Karena, anggota yang tidak baik akan merugikan teman dan cenderung melakukan perusakan. Itu semua terjadi disebabkan tidak berjalannya proses edukasi dan pengawasan yang diperankan dalam keluarga. Secara khusus dilihat dari kepala keluarga atau kedua orang tua yang tidak mempersiapkan keluarganya menjadi keluarga sakinah.

Nihil kebermanfaatan itu hadir karena dipicu tidak ada yang mau menyadari peran sebagai anggota keluarga mengingatkan untuk dekat dengan Allah. Berbeda halnya, jika kepala keluarga dan orang tua telah mengusahakan membentuk keluarga terbaik, namun hasilnya belum maksimal maka itu perlu dimaklumkan. Artinya, usaha telah dilakukan maka itu bagian dari bentuk kepedulian menjaga keluarga dari bahaya yang berkepanjangan.

Intisari dari bahaya berkepanjangan itu ialah azab api neraka. Allah telah berpesan melalui surat cinta-Nya agar manusia berusaha kuat untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Usaha kuat itu dengan menjalankan perintah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Karena, dengan usaha seperti itulah keluarga akan selamat dari api neraka, dan itu pulalah idaman menjadi keluarga terbaik.

Keluarga Terbaik

Diketahui oleh umat Islam bahwa keluarga terbaik yaitu keluarga yang selalu mendapat doa dari banyak manusia. Ialah keluarga nabi Muhammad, yang mewariskan nilai dan keteladanan yang dapat diadopsi oleh setiap manusia yang menginginkan membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Keluarga rasul merupakan inspirasi yang patut ditiru guna membina anggota keluarga dengan baik.

Efek baik dalam meniru keluarga Rasul sangat perlu diusahakan. Yaitu dengan berusaha menjalankan setiap aktivitas kehidupan untuk menggapai rida Allah. Usaha yang dilakukan ialah dengan berdoa agar sakinah mawadah warohmah, yang dikenal dengan sebutan masyarakat sebagai “samawa”. Samawa bukan hanya sekedar diucapkan tetapi harus diupayakan, sebab samawa adalah proses panjang yang harus selalu diusahakan sampai akhir hayat manusia.

Netral dan optimis selalu diusung dalam keluarga Rasul. Netral dimaknai sebagai sebuah keseimbangan yang mengedepankan nilai saling terbuka dan dialogis. Optimis dilihat dari semangat beliau dalam memotivasi anggota keluarganya untuk selalu ingat dan mendekatkan diri pada Allah. Bukti keberhasilan itu terlihat pada istri-istri yang taat dan anak yang baik menyenangkan hati.

Intisari yang dapat diambil dari keteladanan keluarga Rasul diantaranya semangat dalam membina keluarga untuk selalu dalam usaha kebermanfaatan bagi orang lain. Membantu sesama dan saling mengingatkan akan kebahagian yang hakiki di akhirat. Dan ketika manusia berniat kuat untuk mengikuti perjuangan keluarga Rasul maka insya Allah itu akan mudah tercapai. Niat yang kuat itu ditopang dengan usaha dan doa pada Allah SwT.

Mengikuti jejak Ibrahim

Dalam Al-Qur’an terdapat kisah perjuangan Nabi Ibrahim As menjalankan dan menyebarkan dakwah bagi umatnya. Nabi Ibrahim juga dikenal sebagai bapak para nabi, karena banyak anak keturunan beliau yang menjadi orang saleh yang melanjutkan perjuangannya. Maka dari itu dapatlah menjadi rujukan bagi kita meniru dan meneledani sikap perjuangan dirinya dalam menjalani hidup dengan baik.

Energi hijrah yang ditorehkan beliau masih dapat terlihat sampai sekarang. Sebut saja saat beliau bersama anaknya Ismail membangun pondasi Ka’bah. Dan sekarang masih dapat disaksikan Ka’bah sebagai keberlangsungan semangat tersebut. Ka’bah menjadi pusat bersatunya titik kiblat umat Islam dan wadah bersilaturahim terbesar di dunia pada saat berhaji atau berumrah.

Nuansa berada di Ka’bah sangat syarat akan kedamaian dan ketenangan hidup. Wilayah yang dirahmati Allah dan amal ibadah sangat berasa bagi mereka yang mengharap rida Allah. Semua umat Islam tidak akan bosan untuk mengulang berkunjung ke rumah Allah. Karena itu sungguh sangat menyenangkan, namun sekali lagi kewajiban berhaji hanya satu kali yang disyariatkan.

Itulah sedikit yang diungkap dari keberhasilan Nabi Ibrahim yang masih terasa sampai sekarang. Yang lain masih banyak dapat dibaca dan dikaji melalui tafsir dan kitab-kitab sejarah Islam yang dirangkum oleh ulama dan ilmuan. Selanjutnya, jangan berhenti sampai di sini saja perlu ada penelusuran yang lebih luas, agar semakin mengenal Nabi, semoga semakin bertambah keimanan kita.

Mencintai Pemimpin_part 2

Dari tulisan sebelumnya telah diulas mengenai cinta kepada Nabi Muhammad. Sekarang untuk tulisan ini akan meneruskan korelasi kepemimpinan di masa Rasulullah dengan masa sekarang. Dalam Al-Qur’an, Rasul pernah sekali diingatkan Allah melalui surat ‘Abasa bahwa masalah pentingnya mendahulukan bagi orang yang membutuhkan hidayah daripada yang belum ada niat sama sekali. Yang ingin dilihat di sini, bahwa ketika Rasul belum paham tentang suatu tindakan maka Allah mengingatkannya.

Esensi dari kisah itu dapat ditarik pendapat bahwa pemimpin untuk masa sekarang juga tidak luput dari kekhilafan dan keselahan. Oleh sebab itu, sebagai warga negara yang baik sudah sepatutnya untuk berlaku mengingatkan jika ada pemimpin yang keliru dalam suatu kebijakannya. Cara dan proses mengingatkan ini juga perlu memperhatikan etika yang benar agar tidak ada yang tersinggung. Karena jangan sampai karena cara mengingatkan yang salah sehingga yang diingatkan tidak merespon dengan baik atas isi pesannya.

Nilai selanjutnya yang dapat diambil ialah Rasul ketika diingatkan langsung tersadar dan bergegas melaksanakan titah Allah. Jika dihubungkan dengan kepemimpinan selanjutnya hingga sekarang, sebagai pemimpin yang mendapat kritik dan masukan janganlah mudah tersinggung, marah atau malah merendahkan dirinya. Bukan itu yang diinginkan, sebab Rasul tidak seperti itu. Seharusnya, pemimpin ketika diingatkan ia berusaha segera mengevaluasi kinerjanya, mencari solusi dari permasalahan yang ada, dan berterimakasih atas saran peringatan dari rakyatnya.


Ini menandakan perlunya kesadaran yang utuh dari semua elemen masyarakat untuk menghormati para pemimpin. Karena menjadi pemimpin itu bukan perkara mudah seperti membalikkan telapak tangan, sekali lagi bukan. Pemimpin memiliki tanggungjawab besar karena ditanga-kekuasaannyalah arah kebijakan hukum berlaku ditetapkan. Selama pemimpin masih benar maka wajib mengikutinya, namun jika salah segera ingatkan untuk menyadari kesalahan dan mengevaluasi kinerjanya.

Rabu, 21 Februari 2018

Mencintai Pemimpin

Dalam hati terdapat sebuah kecendrungan untuk mencintai. Mencintai dengan sepenuh jiwa dan raga. Namun, hendaknya sebagai umat Islam cinta itu haruslah bersandarkan pada Allah dan Rasullullah. Ini dipahami sebagai bentuk ketundukan manusia pada sang pencipta. Oleh sebab itu, perlu mengutamakan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya lalu setelah itu disusul dengan yang lain. Tulisan singkat ini mengulas ringkas tentang cinta kepada Rasullullah Muhammad SAW sebagai pemimpin terbaik.

Esensi mencintai itu yang paling dasar adalah mengikuti dan menurut sesuai kehendak yang dicinta. Jadi, dengan cinta kepada Nabi Muhammad dapat dipahami bahwa kita sebagai umatnya harus mentaati beliau dan mengindahkan sunnah yang ditorehkannya. Ini memiliki dimensi yang luar biasa, karena dengan ketaatan dengan benar maka itu akan semakin memperkokoh keimanan kita, untuk selalu dekat dengan Allah SwT.

Nilai cinta kepada Nabi Muhammad tidak dapat diukur dengan harta setinggi apapun. Sebab, cinta kepada Nabi adalah bagian dari rukun iman. Iman tidak dapat diminta atau dibeli dari seorang yang saleh. Iman adalah karunia Allah bagi manusia. Maka dengan menambah cinta kepada-Nya dan Nabi Muhammad, iman itu akan semakin kuat dan bersinar. Iman adalah pelita penerang di dunia dan juga di akhirat.

Itulah pentingnya menjaga cinta kepada Nabi Muhamamd, mencintai beliau yang memimpin umatnya untuk selamat di dunia sampai di akhirat. Jika dianalogikan, bukti taat kepada beliau seluruh manusia yang beriman mau mengikuti kepemimpinannya. Maka untuk sekarang, pemimpin yang ada di suatu desa sampai negara harus pula kita indahkan hukum yang berlaku di negeri ini. Karena dengan cara itu, kita bercita-cita mewujudkan kedamaian dengan ketundukan dan kecintaan. 

Selasa, 20 Februari 2018

Usaha Berkecukupan

Dosakah menjadi kaya? Pertanyaan ini juga sederhana tetapi ada perbedaan dalam menjawabnya. Ada yang menganggap kaya itu penting, namun tanpa diketahui ada pula tidak perlu jadi kaya nanti sulit perhitungannya di hari akhir kelak. Terdengar kabar dari mulut ke mulut di warung kopi bahwa orang kaya itu sombong dan jauh dari Allah. Gampang tergila-gila dengan harta, menganggap dirinya lebih dari yang lain. Satu pertanyaan untuk mengimbangi obrolan di warung kopi itu, “Lalu mengapa Nabi Sulaiman menjadi orang terkaya di jagad raya ini? “

Ekspresi wajah susah lebih baik daripada kaya. Artinya, “tidak mengapa hidup sulit asalkan dekat dengan Allah”. Menjalankan ajaran agama dengan penuh kerendahan hati. Dan turut senang menyiapkan amalan saleh untuk tabungan pendamping di hari pembelasan kelak. Tidak perlu susah menunggu perhitungan karena harta tidak ada. Satu pertanyaan lagi, pernahkan anda melihat orang miskin tetapi berprilaku sombong, dan pernah jugakah melihat orang miskin yang mendurhakai Allah karena menganggap apa yang dialaminya tidak adil. Manusia mengatakan “sudah beribadah tetapi kenapa masih miskin, dan mereka yang tidak beribadah kenapa berkecukpan?”

Nikmat berkecukupan itu penting bahkan penting sekali, dua kali, dan seterusnya. Dengan analogi, jika hidup berkecukupan kita akan mudah membantu sesama dalam sisi materi dan sisi nasihat. Mudah menjadi pemberi bukan penerima zakat, dan jika diteruskan argumentasi lain tentu sangat banyak. Yang ingin kita maknai bersama ialah ada niat dan upaya untuk selalu hidup cukup bahkan jika perlu kaya sekalian. Tulisan ini bukan berarti menganggap bagi mereka yang berada pada posisi menengah ke bawah menjadi tersinggung. Adanya tulisan ini bertujuan menggugah diri sendiri dan yang lain mengambil peran untu hidup berkecukupan.


Ikhlas dalam berusaha menjadi salah satu cara untuk tidak terjebak dalam lembah keburukan. Berusaha tanpa curang dan merendahkan orang lain agar diri sendiri naik jabatan. Jalani sesuai keilmuan dan kesungguhan dalam beraktivitas sembari diniatkan segala sesuatu untuk ibadah kepada Allah. Usaha yang dimulai dan diakhiri menyertakan Allah di dalamnya maka usaha tersebut diharapkan menjadi rezeki yang diridai Allah. Sekarang mulailah memilih dan berjuang meningkatkan finansial dengan cara-cari yang menarik tentu yang tidak bersebrangan dengan nilai-nilai agama Islam.

Bercita-cita Takwa

Diciptakan manusia adalah untuk mengabdi. Mengabdi dalam pengertian apapun yang dilakukan adalah untuk dan karena Allah. Mulai dari dan hingga tidur kembali diniatkan untuk memaksimalkan potensi dan energi sesuai yang dituntunkan agama Islam. Menjadi umat Islam harus membuktikan dirinya adalah muslim sungguhan. Muslim sungguhan itu dapat dilihat dari pengamalan rukun Islam. Salah satunya shalat, dengan shalat itu pertanda kita muslim. Karena berbedanya umat Islam dengan non Islam yaitu satu, shalatnya.

Esensi pengamalan agama itu ialah mendekatkan diri kepada Allah. Mendekati Allah dengan mengamalkan perintah dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah. Pengamalan itulah yang dikenal dengan takwa. Takwa adalah predikat tertinggi di sisi Allah. Mudahkan meraih takwa? Pertanyaan itu pendek, bisa dijawab mudah dan ada pula yang menyatakan sulit. Semua itu kembali kepada niat kuat anda untuk tetap berada pada jalan yang benar. Jika itu sudah dijalani, insya Allah semoga beroleh takwa.

Niatkan selalu untuk mendapatkan predikat takwa. Karena takwa itu hanya Allah saja yang tahu. Gelar takwa itu diberikan Allah bagi manusia yang diridainya. Diridai di sini menyatakan bahwa hak diberikan atau belum diberikan gelar takwa itu tidak ada yang mengetahui. Itu perkara gaib. Manusia hanya bisa berusaha mengejarnya dan berharap. Sebab, bekal terbaik di hari akhir kelak ialah takwa. Semoga niat, usaha, dan harapan yang selalu diutarakan manusia didengarkan Allah sehingga beroleh rahmat dunia dan akhirat kelak.


Inilah pentingnya mengetahui makna takwa. Takwa yang mendatangkan banyak manfaat; melapang rejeki di dunia dan investasi di hari akhir. Takwa itu bukan hanya mementingkan diri sendiri beribadah dan mengabaikan orang lain. Bahasa sederhananya “mau masuk surga kenapa sendiri!”. Dapat dipahami, dalam mengamalkan ajaran Islam tidak ada salahnya mengajak teman terdekat untuk bersama-sama menjadi ahli ibadah. Ahli ibadah yang cerdas, mau terus belajar ilmu agama dan pandai menjaga hubungan baik dengan sesama teman-temannya. Itulah takwa, yuk bertakwa!

Upaya Kebermanfaatan

Dalam sistem tatanan masyarakat yang selalu dijunjung adalah kebersamaan untuk kedamaian. Masyarakat yang damai dan tenang itu tidak bisa dilakukan hanya sendiri-sendiri, tetapi harus ada usaha bersama untuk mengupayakannya. Maka perlu bagi setiap anggota masyarakat untuk selalu berkumpul dan berdiskusi menyepakati kegiatan apa yang dapat dilakukan demi membangun masyarakat yang ilmiah. Kegiatan yang nantinya disusun dengan mempertimbangkan aspek demokrasi, toleransi dan semangat membangun silaturahim yang lebih luas.

Etika yang selalu dipakai ialah semangat bergotong-royong. Dengan makna, bahwa sebagai anggota masyarakat harus meyakini dengan benar untuk mendapatkan jalinan tali kasih antar bertetangga ialah melalui turut berbaur dengan yang lain. Karena saudara yang paling dekat ialah tetangga, dan tetangga ini akan membantu selama kita membutuhkan pertolongan. Tolong-menolong dan bahu-membahu untuk selalu berusaha memperbaiki diri masing-masing, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.

Nilai kebersamaan itulah yang dikenal dengan kebermanfaatan. Manusia selain sebagai makhluk individu juga makhluk sosial yang membutuhkan wadah berkreasi dan mengembangkan gagasannya. Maka di sinilah dapat diketahui, perlu ada semangat berkreasi sebagai perwujudan upaya mengembangkan diri demi kebermanfaatan bagi orang lain. Manusia akan dijadikan teman sejati jika ia mampu menjadi pribadi yang bermanfaat. Coba renungkan sejenak, apa yang terjadi jika sesama tetangga atau anggota masyarakat tidak saling mengenal, bersilaturim tentu tatanan sosial akan rusak.


Ini menjadi model yang tidak baik jika sama anggota masyarakat tidak saling memahami. Seperti, jika ada tetangga yang sedang musibah maka tetangga sebelah tidak tahu. Jalan sendiri-sendiri dan urus keluarga masing-masing adalah salah satu pemicu rusaknya tatanan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, penting menjadi perhatian bersama untuk selalu membuka diri, menerima lapang dada dan mau bergaul dengan anggota masyarakat. Dengan begitu, maka semangat untuk menjadikan diri sebagai pribadi kebermanfaat akan lebih mudah tercapai dan masyarakat juga akan berjaya.

Sabtu, 17 Februari 2018

Mengasihi dalam Bingkai Keimanan

Di bagian organ tubuh jika ada satu yang sakit, misal kaki terjepit pintu, maka anggota tubuh yang lain juga akan merasakan hal sakit pula, misal mata mengeluarkan air, lidah spontan bersuara. Itu mendakan tubuh adalah satu kesatuan sistem yang saling berkaitan. Tubuh itu dapat dianalogikan sebagai umat Islam. Umat Islam memiliki peran saling menjaga, melindungi, dan menyayangi antara yang satu dengan yang lain. Pada saat seseorang mendapat musibah maka umat Islam yang lain membantunya dengan sepenuh hati. Karena musibah yang diterima tersebut bukan hanya menjadi ujian untuk sendiri, tetapi juga menguji sejauhmana kita peduli membantu sesama umat Islam.

Empati penting didahulukan daripada sekedar simpati. Sebab simpati baru hanya sekedar merasakan dan turut mengamini terhadap masalah atau keluhan yang diterima saudaranya. Walaupun simpati itu sudah jauh lebih baik daripada bersikap apatis, acuh dan enggan berbaur. Tetapi hendaknya umat Islam mengambil peran yang lebih jauh lagi, yaitu berempati. Dengan pengertian, kepedihan yang dirasakan saudara kita tidak cukup hanya sekedar turut beresedih namun kita bisa memberikan sumbangsi nyata terhadap apa yang menimpanya. Sumbangsi nyata itu seperti bantuan moril; kebutuhan primernya dan juga memberikan akses solusi terhadap masalah yang dihadapi.

Nurani harus berperan dalam memberikan kasih sayang. Muncul dari hati yang bersih suka membantu, meringankan kepedihan dan kesakitan yang dirasakan temannya. Untuk itu, penting bagi kita untuk berusaha menyenangkan hati dan menghibur bagi hati yang dirundung pilu. Menjadikan diri dan sikap kita disenangi orang lain, agar orang yang melihat diri kita juga tertular pancaran kebahagian. Bukan malah sebaliknya, kita yang berpenampilan muka masam dan murung tentu tidak sedap dipandang mata. Ini mengindikasikan perlu ada upaya selalu menunjukkan rasa kasih sayang kita pada orang lain. Tentu menunjukkan itu bukan karena ingin dipuji orang lain atau membanggakan diri tetapi murni berniat ibadah kepada Allah. Sebab, senyum atau menunjukkan muka ramah adalah sebagian dari iman.   

Ikhlas dalam membantu itu baik sekali. Sebab ikhlas itu pekerjaan hati yang hanya dirinya dan Allah saja yang tahu. Ikhlas itu harus dilatih dan dibiasakan, karena godaan dan rayuan setan sangat kuat bagi manusia supaya menajauhi Allah SwT. Melalui dengan belajar ikhlas membantu sesama juga akan membiasakan diri menyadari bahwa kelebihan harta dan kesenangan adalah karunia Allah. Karunia itu tidak untuk dirinya sendiri tetapi juga ada hak orang lain mendapatkannya. Penting juga disadari bersama, pada saat teman atau sahabat mendapatkan kesenangan maka hendaknya yang lain juga turut berbahagia. Bukan malah iri dan mendengkinya. Sebab iri dan dengki merusak tatanan kasih sayang sesama umat Islam. 

Jumat, 16 Februari 2018

Semoga anda selamat

Di judul tersebut menggambarkan pentingnya mendoakan orang lain. Berdoa bagi umat Islam hanya boleh dilakukan kepada sesama muslim saja. Ini merupakan peraturan yang mutlak yang harus diketahui oleh pengamal agama. Sebab mendoakan orang yang bukan seiman itu dilarang Allah, doa yang dipintakan untuk orang lain yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhannya. Ini menjadi pembatas antara yang Islam dengan non Islam. Bukan berarti memutus silaturahmi, sekali lagi bukan. Karena ada batasan tersendiri yang harus diketahui oleh semua pihak. Sebab doa itu bernilai ibadah, ibadah itu haruslah murni untuk Allah. Jika orang Islam mendoakan non Islam atau ia didoakan oleh non Islam maka itu terputus sebab ada pencampuran ibadah.

Etika mendoakan harus diketahui oleh semua pihak. Terlebih bagi kita yang beragama Islam. Sesama umat Islam tentu harus saling mendoakan satu dengan yang lain. Baik diketahui maupun sembunyi-sembunyi, dan keduanya dibolehkan agama. Yang kurang baik itu ialah enggan mendoakan orang lain yang seiman dengan kita. Ini patut menjadi bahan evaluasi bersama, untuk saya dan anda pernahkah menyempatkan mendokan teman, sahabat yang seiman agar bersama-sama berharap mendapat rahmat Allah. Jika telah merutinkan mendoakan temannya, tentu itu harus dijaga. Namun jika belum, setelah membaca tulisan ringkas ini mulailah mendoakan.

Nuansa indah akan dirasakan jika setiap diri saling membantu dan mendoakan. Semua akan merasa terlindungi dan dipentingkan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Mendoakan agar selamat memiliki konotasi kita berusaha keras agar mendahulukan kepentingan umum dibanding kepentingan sendiri atau segelintir orang. Mendoakan agar selamat juga dipahami yaitu orang lain terlindungi dari sikap buruk kita. Tidak ada muncul rasa benci dan iri antara satu dengan yang lain. Ikhlas dalam membantu dan tulus dalam mendoakan, semoga semangat tolong-menolong dalam kebaikan tetap terbina. 

Ini perlu menjadi perhatian bersama bagi kita umat Islam, sekali lagi bahwa mendoakan hanya berlaku sesama muslim. Namun, dalam membantu dan menolong terbuka bagi semua kalangan, tidak memandang agama dan latar belakangnya. Karena Islam hadir membawa kedamaian dan menjunjung tinggi budaya toleransi, tentu selama itu masih di wilayah muamalah. Orang Islam harus mampu menghadirkan diri menjadi agen perubahan dan pemersatu sebagai bentuk perwujudan semangat rahmatan lil ‘alamin. Dengan demikian, dapatlah diketahui dengan mudah bahwa menjadi orang Islam hendaknya berusaha menjadi pribadi yang taat kepada hukum Allah dan baik kepada seluruh manusia dan alam.

Berlindung dari fitnah Dajjal

Di akhir zaman nanti dikabarkan akan datang suatu penyebab keburukan dan pertengkaran di atas dunia. Ia dikenal dengan sebutan dajjal. Dajjal itu dipahami sebagai seorang/segolongan/tantangan yang mengajak manusia untuk menjauh dari Allah. Ia akan berusaha membawa manusia mengikuti jalan sesatnya, ia berikan janji-janji palsu untuk keselamatan dan kebahagian hakiki. Padahal itu semua adalah dusta, karena janji yang pasti terjadi dan pasti ditepati hanya dari Allah saja, tidak dari yang lain. Manusia akan terbuai dengan janji palsu dajjal dan menjadikannya pemimpin yang harus diikuti semua keinginannya. Jika sudah demikian, iman yang tadi telah bersemayam pada diri akan sirna karena ia telah mengabaikan Tuhan yang Maha Benar yaitu Allah SwT.

Esensi dan fitrah manusia akan tergadai karena terpesona oleh bujuk rayu dajjal. Fitrah manusia yang beriman pada Allah berganti menjadi mempercayai dajjal sebagai Tuhan baru. Sungguh menjadi aneh jika kita merenung sejenak, sebab dahulu semasa masih di alam ruh telah diangkat kesaksian mengakui Tuhan yang patut dan wajib disembah hanya Allah saja. Ini berarti, fitrah yang melekat pada manusia adalah sifat dasar manusia mengenal Tuhan. Tapi karena hati terlena dengan ajakan dajjal, manusia pun lupa diri dan akhirnya merelakan fitrah tersebut tercerabut dari dalam diri. Itulah bahayanya fitnah dajjal di akhir-akhir zaman ini, maka sudah menjadi suatu peringatan kembali agar manusia, secara khusus umat Islam berbegang teguhlah pada tali agama Allah.

Nama pengikut dajjal akan dibacakan di akhirat kelak. Seberapa banyak daftar nama yang berhasil dibawa dajjal untuk mengingkari kehendak Allah. Sungguh merugi bagi mereka yang masuk dalam daftar tersebut. Sebab telah jelas berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa bagi siapa saja yang mencari Tuhan baru selain Allah maka ia telah termasuk orang yang menyekutukan-Nya. Mencari pembanding atau menduakan Allah ini termasuk perbuatan terlarang yaitu syirik. Bagi mereka yang syirik akan disediakan neraka jahanam yang menyala-nyala, yang siap membakar dajjal dan para pengikutnya.

Itulah pentingnya kita selalu berdoa kepada Allah agar terhindar dari fitnah dajjal. Karena kalau hanya dengan usaha saja maka dimungkinkan akan goyah dengan bujuk rayu dajjal. Perlu menyertakan Allah dalam setiap kehidupan. Dengan selalu berharap kepada Allah, semoga apapun yang hamba-Nya lakukan baik sekitar rumah maupun di luar rumah selalu mendapat penjagaan dari perlindungan dari sang pencipta. Jika Allah sudah berkehendak akan menjaga manusia maka itu sungguh ikatan yang terbaik, ikatan yang tidak seorangpun yang mampu memutuskannya. Atau sebaliknya, jika Allah telah berkehendak lain maka tidak seorangpun yang mampu menahan bala musibah yang ditimpakan pada manusia. Dengan demikian, selalu lah berusaha sembari berdoa mudah-mudah kita terhindar dari fitnah dajjal. 

Rabu, 14 Februari 2018

Kematian itu pasti

Dibatasinya akhir hidup manusia adalah dengan kematian. Kematian yang melepaskan jasad dan berpindah ke alam lain, alam ghaib yang tidak ada seorangpun yang dapat menerjemahkannya. Kematian itu hanya pada fisik, jiwa tetap hidup untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama hidup di alam dunia. Oleh sebab itu, selama nikmat hidup masih ada pergunakanlah waktu sebaik mungkin mengumpulkan amal saleh. Karena jika sudah datang kematian, maka manusia terhenti melakukan aktivitasnya. 

Edukasi yang dapat diambil dari adanya kematian yaitu menyadari bahwa akhir hidup pasti ada dan terjadi. Kapan dan dimana datangnya kematian itu hanya Allah saja yang tahu. Ini berarti bahwa manusia harus selalu mawas diri menyiapkan bekal terbaik dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Kematian itu jangan dipinta dan jangan dipaksa seperti berusaha mengakhiri hidup sendiri. Sikap memaksa dan malas untuk hidup sangat dibenci oleh agama Islam. Jika kematian itu akibat merusak atau membunuh diri sendiri itu adalah perbuatan zalim yang mendatangkan dosa dan keburukan.

Nama manusia akan tetap dikenang walaupun ia telah mati. Maka sebaik-baik diri hendaknya tetap menjaga nama baik, karena jika selama hidupnya baik maka ia akan dikenang dan dijadikan inspirasi oleh masyarakat. Namun, jika hidup dengan berprilaku buruk ia akan hilang dari ingatan manusia, jika pun itu diingat tentu yang terkenang hanya keburukan saja. Pilihan ada pada manusia, apakah ia memilih memperhalus budi dan takwa atau sebaliknya memilih jalan buruk dan fujur. Dengan demikian, jagalah nama baik dengan tetap berprilaku baik. 

Ingatan masih bisa dijaga selama hayat masih di kandung badan. Anda yang membaca tulisan ringkas ini tentu masih bisa mempertimbangkan dan menemukan jalan yang benar. Tidak ada jalan yang benar selain benar-benar mengamalkan ajaran agama Islam dengan sekuat tenaga. Berusaha konsisten untuk tetap di jalan kebenaran memerlukan perjuangan yang penuh dan juga disertai doa, karena perjuangan dan daya manusia diharapkan mendapat rida Ilahi. 

Selasa, 13 Februari 2018

Berlindung dari Fitnah Kehidupan

Dalam menjalani hidup ini manusia akan mengalami tantangan dan masalah sebagai ujian untuk lebih baik. Artinya, ujian itu akan menunjukkan bagi manusia siapa saja yang dapat melewati tantangan tersebut dengan baik. Tantangan ini bisa datang dari dalam diri dan bisa juga di luar diri, baik karena itu faktor menyengaja karena salah dalam bersikap maupun karena orang lain yang tidak suka/dengki terhadap capaian kinerja/posisi temannya. Sehingga membuka peluang bagi manusia yang iri menggunakan cara tidak terhormat dengan memfitnahnya. 

Etika senang melihat orang susah hendaknya dibuang jauh-jauh, karena sikap seperti itu akan merusak hati dan pikiran. Karena, bagi mereka yang iri hati hidupnya akan susah, kemana dan dimanapun selalu memikirkan temannya yang menjadi objek iri. Sehingga keirian itu akan mumucak yang dapat berakibat perusakan jiwa dan manusia setiap manusia. Sebab itu, perlu ada upaya agar manusia dapat menghindari fitnah dunia. Diantara caranya ialah shalat lima waktu, berdoa kepada Allah, dan rajin bersedekah maka insya Allah hidup manusia akan terarah. 

Niat yang baik untuk berusaha, melakukannya cara yang baik, lalu serahkan hasilnya kepada Allah. Itulah prinsp mudah bagi manusia untuk berusaha merubah diri ke arah yang lebih baik. Prinsip konsisten tersebut harus dipegang erat oleh setiap muslim. Karena seorang muslim dalam melakukan apa saja itu boleh, bisa hidup merdeka. Walaupun orang lain banyak yang tidak suka dan tidak respon terhadap usaha kita, maka biarkan saja karena Allah maha tahu. Dengan begitu, resiko mendapat fitnah dari manusia dapat diantisipasi dentan segera. 

Ikrar dan berdoalah kepada Allah, agar dikuatkan iman dan taqwa dalam menjalani kehidupan. Karena, jika dipahami tentang fitnah hidup sangat luas, mencakup ketika manusia juga melanggar kalimat Allah maka ia lebih baik untuk menyegerakan menjadi orang saleh. Fitnah itu disikapi dengan penuh pemaknaan sehingga kita dapat menentukan pilihan dan argumentasi untuk memperjuangkan nilai kebenaran. Semoga Allah membantu langkah perjuangan bagi para pejuang. 

Senin, 12 Februari 2018

Berlindung dari Azab Kubur

Di kesempatan sebelumnya telah diulas tentang bahaya neraka jahanam, maka di sini diulas tentang azab kubur sebagai tempat atau alam sebelum memasuki hari pembalasan. Azab kubur tentulah dapat dipastikan mengerikan, karena tanggungan amal baik yang dibawa lebih sedikit dibanding amal buruknya. Maka, sudah menjadi pengetahuan agama bersama bahwa setelah meninggal, yang tadinya di alam dunia berpindah ke alam kubur. Maka akan mulai dilakukan pertanyaan-tindakan yang diajukan para malaikat kepada individu manusia. 

Edukasi yang dapat ditarik dari adanya azab kubur ialah menjadi penanda bahwa setelah kehidupan di dunia ini manusia akan mengalami perjalanan panjang untuk mempertanggungjawabkan setiap amal dan aktivitas yang dilakukan. Sungguh beruntung bagi mereka yang memiliki anak-anak yang baik yang dapat mendoakan orang tuanya. Atau dapat pula bagi kalangan dewasa yang berusaha memenuhi panggilan dakwah dan perjuangan membela Islam. 

Nikmat kubur adalah antonim azab kubur yang berlaku bagi setiap manusia yang telah meninggal. Bagi manusia yang membawa bekal baik maka semoga dapat merasakan nikmat kubur yang membahagiakan. Sungguh impian yang mulia, sambil menunggu ditiupnya sangkakala oleh malaikat Isrofil, orang Islam yang beramal saleh meraskan indahnya karunia Allah. Sekali lagi, nikmat dan azab kubur dan berbagai reward atau punishment yang diberikan adalah abstark/gaib. Manusia yang adanya pengetahuan agama tersebut bisa percaya karena ia beriman kepada Allah dan hari akhir. Semoga saya dan siapa saja yang membaca tulisan ini, ayo persiapkan diri dengan bekal terbaik, badan sehat, jiwa kuat dan pikiran positif. Itulah langkah meniru semangat Nabi Muhammad dalam membela agama Allah. 

Ingatlah selalu berdoa kepada Allah, agar kita dijauhkan dari azab kubur. Berdoa yang diusahakan. Artinya, doa yang terbaik adalah doa yang diusahakan. Ada niat dan proses yang ditempuh orang Islam untuk menegakkan harapan dan pilihan hidup sesuai apa yang telah dihukumkan ajaran Islam. Jadi, hanya angan-angan jika manusia hanya berdoa tanpa melakukan usaha. Karena, takdir itu dapat diubah jika manusia berusaha sekuat tenaga, berdoa dengan keyakinan akan dikabulkan, dan berserah diri kepada Allah. Semoga kita bisa!

Berlindung dari Azab Jahanam

Di neraka jahanam kelak tidak ada siksaan yang terlewat sekecil apapun. Siksaan yang diberikan oleh pengawal neraka sesuai dengan dosa yang dibawa manusia. Sungguh merugi dan sangat merugi bagi manusia yang bersemayam di jahanam. Jahanam adalah tempat kembali yang paling buruk, maka manusia harus berusaha sekuat tenaga jangan sampai masuk neraka. Memang, tidak ada seorangpun yang bisa menjamin setiap manusia akan terlepas dari api neraka. Karena, sejatinya keputusan masuk atau tidaknya ke dalam neraka jahanam adalah mutlak keputusan Allah. 

Ekstrim jika mengenang sejenak apa yang akan terjadi di neraka kelak. Tentu, perasaan itu karena takut dan tidak bisa menahan rasa sakitnya siksaan. Walaupun neraka itu tidak terlihat oleh manusia tetapi tempat tersebut telah Allah dipastikan ada, sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur'an. Oleh sebab itu, adanya neraka itu menjadi bahan berpikir bagi manusia untuk membekali diri dengan bekal terbaik untuk pulang ke kampung akhirat. Bekal yang diharapkan dapat menjadi usaha manusia untuk menghindari perihnya azab neraka. 

Nuansa di neraka itu serba panas dan acuh sesama penghuninya. Mereka saling menyalahkan satu dengan yang lain, menyesal yang tiada akhir, dan tanpa ada dispensasi pengurangan hukuman. Berita-berita keperihan di neraka tersebut sudah dikabarkan melalui pesan Allah dan pesan Rasulullah. Hanya tinggal manusia saja, mau atau apatis dalam mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. 

Itulah ulasan singat tentang bahayanya api neraka. Kita menyadari bahwa juga belum layak masuk surga dan juga tidak ingin masuk neraka. Keinginan masuk surga sangat besar, maka untuk menggapai keinginan tersebut dapat ditempuh dengan langkah, diantaranya; beramal lalu serahkan hasilnya kepada Allah dan berdoalah lalu rutinkan dalam setiap kali disempatkan dalam shalat. Semoga doa dan amal itu diijabah Allah dan orang yang baik bisa jauh dari neraka dan dekat-masuk ke surga. 

Sabtu, 10 Februari 2018

Menganiaya diri sendiri

Dapat dipahami secara luas makna aniaya ini. Yaitu, aniaya yang terkadang dilakukan juga dengan sengaja. Melakukan perbuatan jahat dan kebiasaan yang buruk tentu akan menyesakkan hati manusia, mereka tahu itu sakit tetapi mengapa masih dilakukan. Tahu akan salah itulah yang disebut dengan menganiaya (menzalimi) diri sendiri dengan sengaja. Lebih jauh kesesakan dada akbiat aniaya itu tidak akan berakhir di dunia saja tetapi akan menjadi beban tanggungjawab di hari pembelasan kelak.

Eksistensi yang dianggap sempurna oleh sebagian manusia, mungkin karena bangga dengan kemegahan dan kekuasaan tanpa disadari ia nyaman dan asyik dalam penganiayaan diri, hakikatnya pemahaman eksistensi itu keliru. Sebab, eksistensi diri yg baik itu haruslah sejalan dengan aturan agama, dengan harapan Allah meridai segala aktivitas yang manusia lakukan. Dengan begitu, kegiatan yang sebelumnya menganiaya diri sendiri berganti menjadi memaksimalkan potensi kebermanfaatan untuk umat. 

Norma agama hendaknya menjadi pegangan kuat bagi setiap orang Islam. Karena, gangguan keimanan tidak hanya datang dari dalam diri tetapi juga dari lingkungan. Gangguan itu menjadi faktor penyebab manusia terjebak ke dalam lingkaran penganiayaan diri sendiri. Yang lebih parah, jika manusia yang terbiasa menganiaya diri sendiri khawatirnya juga menularkan menganiaya orang lain. Itu akan menjadi lebih bahaya, dapat merusak tatanan relasi dan komunikasi sesama anggota masyarakat. 

Ingatlah pentingya menjaga relasi sesama anggota masyarakat. Karena menjaga relasi itu akan mendatangkan banyak manfaat, diantaranya melapangkan rezeki dan memperpanjang usia (al-Hadis). Sungguh merugi jika tatanan relasi itu dirusak oleh kita yang menganiaya diri dan orang lain. Akhirnya, marilah rutinkan selalu mengakui diri terjebak aniaya (zalim) dan berdoa kepada Allah semoga kesalahan dan kekhilafan kita dapat diampunkan (doa Nabi Yunus AS). 

Jumat, 09 Februari 2018

Pesan dari Sang Maha Mulia

Dia menyukai hamba-hamba yang taat menjalankan hukum agama. Hamba yang melatih dan berjuang menjadi manusia yang baik. Baik berhubungan dengan Allah, baik pula prilakunya bagi manusia dan alam sekitar. Berusaha dengan keras untuk mensucikan diri dari belenggu dosa dengan cara meninggalkan prilaku buruk dan berjanji tidak mengulang kembali. Begitulah hendaknya manusia yang diidam-idamkan agama, manusia yang bercita-cita hidup mulia dan mati menuju surga. 

Esensi manusia itu sulit diungkapkan. Padanan hakikat yang belum pernah utuh dibahas oleh pikiran manusia. Karena manusia punya keterbatasan sendiri dalam melihat dirinya sendiri. Allah berkuasa menetapkan batasan itu, sehingga sekuat apapun manusia menyusun rencana, maka tetap rencana Allah yang berlaku. Tentu, keberlakuan itu adalah mutlak keputusan Allah, bisa jadi keputusan itu terjadi karena mendengarkan doa hamba yang berencana, atau kehendak Allah sendiri memberikan yang terbaik untuk manusia. Sikap kita adalah menerimanya dan belajar mencari hikmah dibalik itu semua, agar kita sabar dan rida kepada Allah. 

Nilai yang termaktub di paragraf di atas, bahwa untuk berjuang meraih cita-cita mulia harus pula disertakan dengan mengenali diri dengan baik dan rida kepada kehendak Allah. Manusia tidak bisa manyatakan diri sebagai manusia mulia di hadapan Allah, juga dihadapan manusia. Karena, kemuliaan seseorang itu adalah suatu prihal abstrak/gaib yang hanya Allah sendiri yang tahu. Jadi, manusia yang terlalu percaya diri menyatakan dirinya mulia sebenarnya ia mengambil alih kewenangan Allah. Sebab, diungkapkan dalam Al-Qur'an bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah ialah orang betakwa. Predikat takwa ini juga hanya Allah yang tahu. 

Itulah pentingnya bagi manusia untuk mengetahui dengan baik makna hakikat menjadi manusia. Tahu asal usul dan tahu perihal apa yang harus dikerjakan dan mengerti batasan sikap. Untuk mengetahui itu, maka agama dihadirkan menjadi pedoman hidup bagi manusia. Maka, sudah menjadi pemahaman bersama, manusia yang meninggalkan atau tidak beragama Islam hakikatnya ia tidak tahu kemana arah hidup ini akan dibawa. Syukur bagi saya dan anda mengerti dan paham akan arti hidup. Semoga kita bisa saling menguatkan dan mengingatkan untuk tetap memegang agama Islam sampai akhir hayat.

Kamis, 08 Februari 2018

Allah Maha Terpuji

Di dalam pikiran manusia haruslah terbentuk suatu pandangan yang kuat, bahwa hanya Allah yang patut dipuja dan dipuji. Ini berarti bahwa yang lain tidak boleh mengharap untuk dipuja dan dipuji, karena jika muncul harapan itu maka kita berusaha menyamakan diri setara dengan Allah, atau menandingi maha terpujinya Allah. Manusia harus berusaha keras untuk menjauhi sikap dan prilaku yang berkonotasi mengambil hak Allah sebagai Tuhan yang patut dipuji. 

Enggan karena takut dianggap tidak menghargai manusia jika tidak memujinya, maka perihal ini patut mendapat evaluasi lanjutan. Dengan perkataan lain, memuji sekedar memberi apresiasi tentulah boleh, apalagi jika ditambah dengan rangkaian doa untuknya akan menjadi lebih baik. Yang tidak dibernarkan agama itu, jika pujian atau penghormatan itu menjadi berlebihan atau karena bertujuan sebagai topeng untuk mendapat tempat di
sisi manusia. Niat yang salah dengan cara yang salah pula, akan mendatangkan keburukan di kemudian hari kelak, setidaknya kita membohongi diri sendiri. 

Namrud dan Firaun adalah pelaku sejarah yang selalu mengharapkan pujian dari rakyatnya. Sehingga mereka menganggap ditangannya keputusan kebahagiaan atau kematian manusia. Anggapan itulah yang memicu murka dan azab Allah bagi mereka. Mereka merasa hebat tanpa ada bantuan Allah dalam kecukupan hidupnya. Bagi mereka juga telah diutus Rasul pilihan untuk menegur dan meluruskan anggapan tersebut. Tetapi mereka menolak para utusan tersebut, bahkan mencibirnya lalu berusaha menghilangkan keberadaan dan risalahnya dari bumi ini. 

Itulah pertanda sudah gelapnya hati, sulit menerima cahaya hidayah Allah. Sehingga mereka mendurhakai Pencipta hakiki semesta alam. Maka, layaklah mereka mendapatkan azab perih yang membuktikan bahwa mereka kecil dan tidak punya kendali sedikitpun. Dengan demikian, dapatlah kisah itu menjadi cambuk bagi manusia zaman sekarang untuk tidak mengulang profil buruk yang mengharap dipuja-puji. Karena, prinsip ajaran agama Islam, yang patut dipuji dan disembah hanya Allah semata Tuhan yang maha Esa.

Rabu, 07 Februari 2018

Inspirasi dari Nabi Ibrahim

Dalam bacaan doa tasyahud menyebutkan nama Nabi Ibrahim, bapak para Nabi. Disebut bapak karena anak keturunan beliau banyak yang menjadi orang saleh dan terpercaya melanjutkan tongkat estafet dakwah tauhid. Beliau merupakan sosok gigih dan pejuang tangguh dalam menegakkan syariat tauhid. Banyak kisah yang menceritakan profil beliau dalam menyampaikan risalahnya. Tidak lah memungkinkan dalam tulisan sederhana ini dapat menggambarkan sejarah kenabian beliau. Bagi pembaca yang baik dapat melengkapi khazanah keilmuan dapat mengulang kembali membaca sejarah beliau melalui artikel atau buku lainnya. 

Etika merupakan salah satu sisi dakwah yang paling ditekankan beliau bagi umatnya. Renungkan bagaimana ia menjaga dialog dengan ayahnya yang berbeda pandangan mengenai Tuhan. Ia tunjukkan etika yang anggun dalam menyampaikan risalahnya baik bagi keluarganya sendiri maupun orang lain. Tentu, sebagai umat muslim kita harus mengupayakan mengkaji kembali nilai-nilai perjuangan yang dapat diteladani. Karena beliau merupakan figur yang patut dijadikan contoh dalam menjaga relasi kita kepada Allah dan juga kepada manusia, serta alam lingkungan. 

Nilai yang masih bisa didapatkan tersebut hendaklah kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelan-pelan tapi tetap kontiniu mempraktikkannya. Karena, telah menjadi kepatutan bersama tidak sedikit manusia sulit menerima informasi lalu mengubah persepsi dan amalan yang sebelumnya berbeda dengan rutinitas yang selalu dikerjakannya. Jadi, memang perlu peran dari semua pihak untuk masing-masing mengajak mendekatkan diri pada Allah dan saling mengingatkan untuk tetap berusaha meneladani Nabi Ibrahim. 

Intinya, tetaplah menjaga diri untuk selalu merawat iman masing-masing agar hati kita mendapat sinar Ilahi yang meneduhkan amarah, dan akan mendamaikanya. Dengan demikian, Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim adalah dua contoh manusia yang dekat dengan Allah, yang mengalami berbagai masalah dan rintangan yang tiada terperih. Sebab, melalui surat cinta dari Allah bahwa ditegaskan untuk bersegera fokus kepada Tuhan yang wajib di sembah. Yang punya janji pasti ditetapkan, harapan itu tetap optimis ada. Doa, sabar, pasrah adalah bagian kunci untuk menghadapi galau tingkat ubun-ubun.

Selasa, 06 Februari 2018

Telunjuk Tauhid

Ditegakkan kalimat tauhid sebagai tanda kepatuhan manusia pada pencipta. Kepatuhan yang hadir dari kejernihan hati dan semangat untuk konsisten menjalankan perintah-Nya. Tauhid memiliki beberapa dimensi keilmuan, pertama yaitu mengimani Allah pencipta dan pemelihara seluruh isi alam, ini dikenal dengan sebutan tauhid rububiyah. Kedua, mengimani Allah raja yang memimpin dan memerintah ciptaan sesuai kehendak dan pengetahuan-Nya, definisi ini dikenal dengan sebutan tauhid mulkiyah. 

Esa-Nya harus diimani oleh setiap umat Islam, yang meyakini dengan hati bahwa tuhan yang layak dan wajib disembah hanya Allah saja. Allah adalah tempat meminta dan menggantungkan harapan manusia, dan definisi ketiga ini dimaknai sebagai tauhid uluhiyah. Dari beberapa ulasan singkat tentang tauhid semoga keilmuan yang telah dipahami dapat dijewantahkan dalam bentuk sikap dan amal saleh sesuai syariat Islam. Dengan begitu, maka tauhid itu dapat berefek pada lingkungan masyarakat. Itulah tauhid yang membersihkan dan mencerahkan hati sendiri dan juga hati orang lain. 

Nihil yang didapat jika tauhid itu bercampur syirik. Yaitu menghadirkan sosok tambahan yang disejajarkan dengan Allah atau malah memilih meninggalkan-Nya. Perbuatan mendua atau menyekutukan Allah dengan yang lain adalah terlarang dan memancing amarah murka. Jika, Allah murka maka azab yang pedih telah menanti di akhirat kelak, juga terasa sesak pula di dunia. Lebih jauh dari itu, penyesalan yang muncul tanpa ada solusi di hari akhir nanti. Karena, mungkin saja ia berharap akan mendapatkan ganjaran yang baik, tetapi karena menyekutukan-Nya maka nihillah itu semua. 

Ingatlah baik-baik tentang Allah yang maha Esa. Karena dengan mengingat-Nya hati kita akan menjadi tenang dan damai. Simbolis mengangkat telunjuk juga bagian dari pengakuan tauhid. Tentu ini hanya dimaklumkan bagi kita di Indonesia, yang selalu berpose dan mencontohkan mengangkat jari telunjuk ke atas sembari menyebut lafaz takbir. Lebih dalam dari itu, dapat kita temui pula saat sedang melaksanakan shalat pada tasyahud, telunjuk di angkat tegak juga sebagai bukti tauhid secara eksplisit dan inplisit. Semoga tauhid selalu bersemayam di jiwa kita sampai berpisahnya dari badan. 

Senin, 05 Februari 2018

Utusan terakhir, Terpercaya

Dunia dan seisinya mengenal sosok penyayangnya Nabi Muhammad SAW pada umatnya. Ia adalah sosok yang lahir di bumi arab dan tersampaikan gerakan dakwah tauhidnya ke seluruh penjuru bumi ini. Ia adalah sosok paripurna yang dapat diteladani oleh semua elemen masyarakat. Begitu dahsyatnya sosok beliau sehingga para pemikir, praktisi, ilmuan, dan banyak lagi mengakui eksistensi Nabi Muhammad sebagai seorang manusia yang membawa perubahan besar bagi masyarakat dunia. Ia dekat dengan manusia, apalagi dengan Allah sang pencipta. Dia lah yang bergelar kekasih Allah, pengucapan syahadat pertanda masuk Islam haruslah mengikrarkan nama Nabi Muhammad SAW.

Eksistensi diri Nabi Muhammad begitu sangat diagungkan. Walaupun demikian, beliau tidak mau dipandang lebih oleh umatnya. Karena beliau juga manusia sama seperti kita, letak perbedaannya hanya pada amanah yang diemban. Beliau adalah hamba sekaligus utusan Allah. Sehingga beliau bergelar Rasulullah. Rasul yang bertugas menjalankan dan membawa syariat baru bagi umatnya. Syariat bentuk peribadatan saja yang berubah dari Rasul sebelum beliau. Namun, konten keimanan tetap sama yaitu tauhid, mengesakan Allah. Pesan tauhid yang dibawa Nabi Adam AS sampai kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Nilai yang ditekankan dalam pesan dakwah beliau adalah perubahan akhlak. Karena, ia diutus hadir di dunia sebagai nabi penutup adalah untuk memperbagus akhlak manusia (al-Hadis). Akhlak yang benar sesuai dengan syariat Islam, yang mengajak pada yang baik dan mencegah dari yang buruk. Akhlak diri diperbaiki demi tercapainya predikat insan kamil, manusia terbaik. Itu dapat dipahami dengan membaguskan akhlak kepada Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan agama, dan ini dikenal juga dengan istilah hablun minallah. Dan juga membaguskan akhlak kepada manusia, manusia aman dari lidah dan kejahilan tangan kekuasaan serta mampu membahagiakan dengan penuh kebermanfaatan, dan ini dikenal dengan istilah hambun minannas.

Ikhtiarlah dengan sekuat tenaga untuk meneladani Nabi Muhammad. Beliau telah mencontohkan, sudah tentu dapat diikuti oleh umatnya. Karena ia selalu menekankan bahwa status dirinya adalah sebagai hamba sama seperti kita. Ini bukan berarti mempersempit kemuliaan beliau, hanya sebagai motavasi bagi manusia sekarang yang cenderung kebablasan terjebak dalam lingkaran duniawi. Para pemuda harus diperkenalkan kembali sosok agung yang dapat dijadikan idola dan inspirasi hidup. Inspirasi yang membawa janji kebahagian yang kekal abadi, yaitu surga yang dicapai dengan cara mengingkut risalah Nabi Muhammad SAW. 

Minggu, 04 Februari 2018

Kembali mengenal Allah

Di alam ruh, Allah mengangkat kesaksian penghuni alam dengan melalukan tanya jawab yang sakral. Yang tertuang dalam Qur'an surat Al-A'raf ayat 172. Sakral di sini dipahami sebagai ikatan janji pengakuan diri adanya Allah, yang melekat dengan sebutan fitrah. Sekarang dikenal, jika manusia ingin mengetahui jati diri asal dan kemana kembali. Hanya perlu membuka hati, gunakan pikiran, kaji kembali fitrah manusia. Fitrah manusia ialah bertuhan. Dan tuhan yang hakiki, yang patut dan wajib dipuja dan dijadikan raja hanya satu, yaitu Allah maha Pencipta. 

Esa adalah kenyataan Allah. Artinya, tidak ada sesuatu hal pun yang layak menjadi tuhan untuk disembah. Hanya Allah saja, tuhan yang satu yang merajai seluruh ciptaan-Nya di dunia ini dan akhirat kelak. Sebagai umat Islam, sudah menjadi kepahaman bersama bukti kesaksian itu harus diucapkan dengan penuh keredaan dan pengetahuan yang cukup. Lebih jauh lagi, kesaksian (syahadat) selain diucapkan juga harus disertakan diyakinkan dalam hati untuk mengimani, setia dan taat kepada Allah dimanapun dan kapanpun. 

Nama Allah selalu diulang-ulang sebisa mungkin. Dengan cari mengucapkan kalimat baik yang termaktub dalam ajaran Islam, seperti subhanalllah, la haula wala quwwata illa billah, dan banyak lagi. Tujuan dari pengucapan itu untuk selalu mengingatkan manusia bahwa ada peran lain yang lebih utama dari semua kesibukan yang ada. Peran utama itu berupa ibadah kepada Allah dengan tulus dan ikhlas, serta mintalah permohonan maaf.

Ikrar syahadat menjadi bukti tanda keislaman seseorang, walaupun ia terlahir dari keluarga beragama Islam. Dengan peekataan lain, setiap muslim tanpa dikomandoi oleh orang lain ia akan memutuskan mana yang terbaik untuknya. Seperti shalat yang di dalamnya lengkap kalimat baik, sebutan pengakuan Allah selalu diulang dalam beribadah kepada-Nya. Sungguh momentum yang indah, yang sulit ditemukan di tempat lain dan bersama itu pula tanggungjawab dan peran akan ada. Semoga peran tersebut bermanfaat bagi semua pihak.

Sabtu, 03 Februari 2018

Salam untuk Orang Saleh

Ditulis judul di atas sebagai lanjutan dari tulisan sebelumnya yang mengulas salam untuk Rasul. Sekarang, kita ringkas mengulas salam untuk orang saleh. Bentuk salam tersebut terlihat dari kesediaan manusia untuk berkumpul berjamaah dalam menggapai rahmat Allah. Saling menguatkan satu sama lain seperti anggota tubuh yang sakit akan terasa bagi yang lain, jika orang lain senang maka yang lain ikut pula bersyukur (sari Hadis). Untuk itu, sungguh beruntung bagi manusia yang mau dan mampu untuk bersama-sama beramal untuk kedamaian dalam hidup di dunia dan masuk surga bersama pula.

Egois yang menggap lebih pintar dari yang lain tidak ada pada diri orang saleh. Mereka tulus menasehati yang lain berdasar pada keimanan pada Allah. Dalam melakukan suatu hal, mereka memilih yang ada manfaatnya bagi yang lain, menghindari perbuatan yang sia-sia yang akan menimbulkan sesal di akhir. Orang saleh selalu mengutamakan ibadah dalam hidupnya, mereka berusaha dalam sehari penuh melakukan ibadah. Bekerjanya bernilai ibadah, sampai tidurnya pun diupayakan karena Allah agar bernilai ibadah. Perihal ini dimaknai dari pesan Al-Qur'an 'sungguh shalat, ibadah, hidup dan mati untuk Allah. 

Nikmat bersama dengan orang saleh dapat dirasakan dengan indah. Iman yang naik turun dapat diantisipasi dengan baik jika selalu bersama. Di kala iman turun maka orang yang saleh menguatkan dengan memberikan nasihat dan mendoakan temannya agar selalu istiqomah dalam beribadah kepada Allah. Begitu juga sebaliknya, di saat iman sedang naik dan terasa nikmat maka ia berusaha membagikannya pada yang lain pula. Sungguh persaudaraan yang tiada tanding, menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. 

Ikhlas dalam beramal itulah yang selalu diusahakan oleh orang saleh. Sehingga dalam beramal mereka sunguh-sungguh mempersiapkan dan menjalaninya dengan baik agar fokus menghadirkan hati untuk Allah. Ibadah yang dilakukan berdasarkan keilmuan yang dipelajari, agar setiap amal yang dikerjakan syarat akan nilai kualitas dan kuantitas pula. Karena mereka menyadari bahwa dunia ini sebentar, maka berbekal adalah usaha mereka. Bekal terbaik ialah takwa, yang diusahakan sekuat tenaga. Untuk itu, ayo bergabung bersama orang saleh!.

Salam untuk Rasul

Di saat kita berdoa perlu untuk diingat menyertakan salam kepada Rasul Muhammad SAW. Salam ini penting untuk selalu diikrarkan setiap umat Islam yang menandakan kita tetap patuh kepada Nabi umat Islam. Salam itu bukti cinta kasih manusia kepada Rasul. Siap berjuang untuk meneladani akhlak yang telah dicontohkannya. Walaupun sekarang ini kita belum pernah bertemu dengan beliau, tetapi ia telah meninggalkan dua pusaka hidup yang harus dipegang erat oleh umatnya. Pusaka itu adalah Al-Qur'an dan Hadis Maqbulah, karena dengan berpegang pada dua pedoman tersebut kita akan sukses menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. 

Etika yang dicontohkan Rasul sungguhlah mulia, ia bagaikan Al-Qur'an yang berjalan. Sehingga tidak heran pada masa beliau hidup, para sahabat sangat suka dan senang bersama Rasul. Karena siapa yang didekatnya akan terpancarkan nuansa kedamaian dan ketenangan batin. Sungguh haru jika mengenang jasa, akhlak, dan perjuangan Rasul. Tentu bagi kita rasa cinta kepada Rasul harus tetap ditumbuhkan dan ditingkatkan. Cara untuk menumbuhkan cinta itu dengan sering bersalam untuknya dan berusaha keras mengamalkan pesannya yang tertuang dalam hadis maqbulah. Hadis yang harus dipahmi bukan hanya dari sisi tekstual namun juga dipahami dari sisi kontekstual. 

Nuansa kasih sayang pada Rasul harus terwujud dalam sikap dan tingkah laku kita. Siap berjuang membelanya jika ada yang merendahkannya. Karena seorang yang mulia di sisi Allah dan di sisi manusia wajib didukung perjuangan dakwahnya. Jika tidak dibantu, maka sudah perlu menjadi evaluasi bagi setiap diri bahwa ada yang salah dengan iman kita. Oleh sebab itu, Rasul yang membawa panji-panji Ilahi haruslah kita lanjutkan perjuangannya. Mungkin ada yang berjuang di Palestina, dan ada pula yang berjuang di aktivitas kerja, sekolah dan banyak lagi. Perjuangan-perjuangan hendaknya tetap diupayakan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. 

Inti yang dapat diambil dari pengamalan salam itu ialah doa dan shalawat pada Rasul. Semoga salam yang teriring dengan kejernihan hati mampu menjadi bekal amal baik manusia di akhirat kelak. Kita berharap syafaat Rasul akan datang menghampiri di hari akhir kelak. Tentu, sekali lagi syafaat itu datang jika manusia berusaha keras untuk kontiniu melafazkan salam dan senantiasa menghidupkan sunah-sunah Rasul dalam kehidupan sehari-hari. 

Doa yang memuji

Doa yang bertujuan memuji Allah tentulah sangat baik karena kita sebagai hamba-Nya telah berusaha mengabdi dengan cara dan usaha yang benar. Doa menunjukkan bahwa manusia butuh dengan Allah, bahwa dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat tidak lain harus menyertakan Allah dalam setiap aktivitas sehari-hari. Dengan begitu, maka kita selalu mendapat bimbingan dan rahmat Allah agar kita konsisten dalam jalur yang benar, yang tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. 

Esensi lain yang terdapat dalam doa yaitu mengajarkan kepada manusia untuk mengajak temannya menjalankan perintah dan menjauhi larangan agama. Ajakan itu harus disampaikan sebagai bukti diri kita mengamalkan peran sebagai khalifah di muka bumi. Tugas memakmurkan bumi yang dipahami secara komprehensif dan universal, yang mencakup segala aspek kehidupan. Tentu dalam memainkan peran tersebut sebagai manusia harus saling mengingatkan dan mendukung agar sama-sama hidup damai di tengah masyarakat dan surga kelak. 

Nilai selanjutnya yang didapat dari doa yakni mengamalkan pesan agama 'hamblun minallah'. Dengan perkataan lain, hubungan kepada manusia harus tetap dijaga. Yaitu memesankan agar tetap sabar dan konsisten di jalan yang benar. Bersama menggapai rida Ilahi, tentu doa adalah poin penting dalam mensukseskan peran-peran tersebut. Meminta kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam membuka relasi dan silaturahmi dengan yang lain.

Ingatlah, dengan doa hati akan tertaut pada harapan yang jelas dan pasti. Karena janji Allah pasti benar, Dia mendengar semua doa-doa hamba-Nya. Maka jangan pernah putus asa dari rahmat Allah, berusaha terus dan berjuang lebih keras. Allah selalu bersama hamba-Nya yang baik dan sabar, dan Dia dekat dengan manusia, lebih dekat dari urat leher manusia. Berdoalah, yakinlah akan dikabulkan, insya Allah.