Di alam ruh, Allah mengangkat kesaksian penghuni alam dengan melalukan tanya jawab yang sakral. Yang tertuang dalam Qur'an surat Al-A'raf ayat 172. Sakral di sini dipahami sebagai ikatan janji pengakuan diri adanya Allah, yang melekat dengan sebutan fitrah. Sekarang dikenal, jika manusia ingin mengetahui jati diri asal dan kemana kembali. Hanya perlu membuka hati, gunakan pikiran, kaji kembali fitrah manusia. Fitrah manusia ialah bertuhan. Dan tuhan yang hakiki, yang patut dan wajib dipuja dan dijadikan raja hanya satu, yaitu Allah maha Pencipta.
Esa adalah kenyataan Allah. Artinya, tidak ada sesuatu hal pun yang layak menjadi tuhan untuk disembah. Hanya Allah saja, tuhan yang satu yang merajai seluruh ciptaan-Nya di dunia ini dan akhirat kelak. Sebagai umat Islam, sudah menjadi kepahaman bersama bukti kesaksian itu harus diucapkan dengan penuh keredaan dan pengetahuan yang cukup. Lebih jauh lagi, kesaksian (syahadat) selain diucapkan juga harus disertakan diyakinkan dalam hati untuk mengimani, setia dan taat kepada Allah dimanapun dan kapanpun.
Nama Allah selalu diulang-ulang sebisa mungkin. Dengan cari mengucapkan kalimat baik yang termaktub dalam ajaran Islam, seperti subhanalllah, la haula wala quwwata illa billah, dan banyak lagi. Tujuan dari pengucapan itu untuk selalu mengingatkan manusia bahwa ada peran lain yang lebih utama dari semua kesibukan yang ada. Peran utama itu berupa ibadah kepada Allah dengan tulus dan ikhlas, serta mintalah permohonan maaf.
Ikrar syahadat menjadi bukti tanda keislaman seseorang, walaupun ia terlahir dari keluarga beragama Islam. Dengan peekataan lain, setiap muslim tanpa dikomandoi oleh orang lain ia akan memutuskan mana yang terbaik untuknya. Seperti shalat yang di dalamnya lengkap kalimat baik, sebutan pengakuan Allah selalu diulang dalam beribadah kepada-Nya. Sungguh momentum yang indah, yang sulit ditemukan di tempat lain dan bersama itu pula tanggungjawab dan peran akan ada. Semoga peran tersebut bermanfaat bagi semua pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar