Sabtu, 10 Februari 2018

Menganiaya diri sendiri

Dapat dipahami secara luas makna aniaya ini. Yaitu, aniaya yang terkadang dilakukan juga dengan sengaja. Melakukan perbuatan jahat dan kebiasaan yang buruk tentu akan menyesakkan hati manusia, mereka tahu itu sakit tetapi mengapa masih dilakukan. Tahu akan salah itulah yang disebut dengan menganiaya (menzalimi) diri sendiri dengan sengaja. Lebih jauh kesesakan dada akbiat aniaya itu tidak akan berakhir di dunia saja tetapi akan menjadi beban tanggungjawab di hari pembelasan kelak.

Eksistensi yang dianggap sempurna oleh sebagian manusia, mungkin karena bangga dengan kemegahan dan kekuasaan tanpa disadari ia nyaman dan asyik dalam penganiayaan diri, hakikatnya pemahaman eksistensi itu keliru. Sebab, eksistensi diri yg baik itu haruslah sejalan dengan aturan agama, dengan harapan Allah meridai segala aktivitas yang manusia lakukan. Dengan begitu, kegiatan yang sebelumnya menganiaya diri sendiri berganti menjadi memaksimalkan potensi kebermanfaatan untuk umat. 

Norma agama hendaknya menjadi pegangan kuat bagi setiap orang Islam. Karena, gangguan keimanan tidak hanya datang dari dalam diri tetapi juga dari lingkungan. Gangguan itu menjadi faktor penyebab manusia terjebak ke dalam lingkaran penganiayaan diri sendiri. Yang lebih parah, jika manusia yang terbiasa menganiaya diri sendiri khawatirnya juga menularkan menganiaya orang lain. Itu akan menjadi lebih bahaya, dapat merusak tatanan relasi dan komunikasi sesama anggota masyarakat. 

Ingatlah pentingya menjaga relasi sesama anggota masyarakat. Karena menjaga relasi itu akan mendatangkan banyak manfaat, diantaranya melapangkan rezeki dan memperpanjang usia (al-Hadis). Sungguh merugi jika tatanan relasi itu dirusak oleh kita yang menganiaya diri dan orang lain. Akhirnya, marilah rutinkan selalu mengakui diri terjebak aniaya (zalim) dan berdoa kepada Allah semoga kesalahan dan kekhilafan kita dapat diampunkan (doa Nabi Yunus AS). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar