Dari tulisan sebelumnya telah diulas mengenai cinta
kepada Nabi Muhammad. Sekarang untuk tulisan ini akan meneruskan korelasi
kepemimpinan di masa Rasulullah dengan masa sekarang. Dalam Al-Qur’an, Rasul
pernah sekali diingatkan Allah melalui surat ‘Abasa bahwa masalah pentingnya
mendahulukan bagi orang yang membutuhkan hidayah daripada yang belum ada niat
sama sekali. Yang ingin dilihat di sini, bahwa ketika Rasul belum paham tentang
suatu tindakan maka Allah mengingatkannya.
Esensi dari kisah itu dapat ditarik pendapat bahwa
pemimpin untuk masa sekarang juga tidak luput dari kekhilafan dan keselahan.
Oleh sebab itu, sebagai warga negara yang baik sudah sepatutnya untuk berlaku
mengingatkan jika ada pemimpin yang keliru dalam suatu kebijakannya. Cara dan
proses mengingatkan ini juga perlu memperhatikan etika yang benar agar tidak
ada yang tersinggung. Karena jangan sampai karena cara mengingatkan yang salah
sehingga yang diingatkan tidak merespon dengan baik atas isi pesannya.
Nilai selanjutnya yang dapat diambil ialah Rasul
ketika diingatkan langsung tersadar dan bergegas melaksanakan titah Allah. Jika
dihubungkan dengan kepemimpinan selanjutnya hingga sekarang, sebagai pemimpin
yang mendapat kritik dan masukan janganlah mudah tersinggung, marah atau malah
merendahkan dirinya. Bukan itu yang diinginkan, sebab Rasul tidak seperti itu.
Seharusnya, pemimpin ketika diingatkan ia berusaha segera mengevaluasi
kinerjanya, mencari solusi dari permasalahan yang ada, dan berterimakasih atas
saran peringatan dari rakyatnya.
Ini menandakan perlunya kesadaran yang utuh dari
semua elemen masyarakat untuk menghormati para pemimpin. Karena menjadi
pemimpin itu bukan perkara mudah seperti membalikkan telapak tangan, sekali
lagi bukan. Pemimpin memiliki tanggungjawab besar karena
ditanga-kekuasaannyalah arah kebijakan hukum berlaku ditetapkan. Selama
pemimpin masih benar maka wajib mengikutinya, namun jika salah segera ingatkan
untuk menyadari kesalahan dan mengevaluasi kinerjanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar