Dewasa ini banyak muncul berbagai fenomena umat
Islam yang kembali menguatkan akidahnya. Sebut saja semangat kembali menegakkan
nilai-nilai ketauhidan dalam bermasyarakat dan bernegara. Terlepas itu menjadi
perdebatan panjang bagi mereka yang setuju dan tidak dengan aktivitas yang
terjadi. Namun, setidaknya nuansa bangkitnya keislaman terasa di bumi pertiwi.
Eforia yang keliru jika aksi itu hanya sekedar
ajang penampilan diri. Aksi yang hebat itu jika ia hadir dari hati yang bersih
dan sadar menegakkan nilai kebaikan dan kebenaran di dalam hidupnya. Dengan begitu,
maka niat yang suci dan tulus menjadi pengikut akan bernilai positif. Karena segala
aktivitas yang dilakukan berlandaskan pada keyakinan untuk mendekatkan diri
pada Allah SwT.
Niat menjadi pengikut hebat itu dapat dicapai
dengan adanya kepemahaman yang utuh tentang suatu hal. Bukan hanya sekedar
ikut-ikutan, apalagi karena terpukau dengan pemimpin sehingga membabi buta
membelanya tanpa ada pengenalan lebih jauh. Artinya, yang ditekankan di sini
ialah ada upaya menghindari taklid buta dan fanatik yang berlebihan tanpa ada
sikap kritis. Minimal semangat kritis itu adalah upaya untuk menambah khazanah
pengetahuan.
Itulah pentingnya belajar hingga akhir hayat, memiliki
sikap kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap nilai dan pengetahuan
agama Islam. Akhirnya, hakikat pengikut yang hebat ialah pengikut Nabi Muhammad
SAW. Pengikut yang menjalankan anjuran dan sunnahnya, ini dikenal dengan istilah
Ittiba’. Mencontoh dengan benar dengan pengetahuan luas dan kontemporer
terhadap sikap dan perbuatan Rasulullah yang tertera dalam hadis-hadis yang
maqbulah/diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar