Selasa, 20 Februari 2018

Usaha Berkecukupan

Dosakah menjadi kaya? Pertanyaan ini juga sederhana tetapi ada perbedaan dalam menjawabnya. Ada yang menganggap kaya itu penting, namun tanpa diketahui ada pula tidak perlu jadi kaya nanti sulit perhitungannya di hari akhir kelak. Terdengar kabar dari mulut ke mulut di warung kopi bahwa orang kaya itu sombong dan jauh dari Allah. Gampang tergila-gila dengan harta, menganggap dirinya lebih dari yang lain. Satu pertanyaan untuk mengimbangi obrolan di warung kopi itu, “Lalu mengapa Nabi Sulaiman menjadi orang terkaya di jagad raya ini? “

Ekspresi wajah susah lebih baik daripada kaya. Artinya, “tidak mengapa hidup sulit asalkan dekat dengan Allah”. Menjalankan ajaran agama dengan penuh kerendahan hati. Dan turut senang menyiapkan amalan saleh untuk tabungan pendamping di hari pembelasan kelak. Tidak perlu susah menunggu perhitungan karena harta tidak ada. Satu pertanyaan lagi, pernahkan anda melihat orang miskin tetapi berprilaku sombong, dan pernah jugakah melihat orang miskin yang mendurhakai Allah karena menganggap apa yang dialaminya tidak adil. Manusia mengatakan “sudah beribadah tetapi kenapa masih miskin, dan mereka yang tidak beribadah kenapa berkecukpan?”

Nikmat berkecukupan itu penting bahkan penting sekali, dua kali, dan seterusnya. Dengan analogi, jika hidup berkecukupan kita akan mudah membantu sesama dalam sisi materi dan sisi nasihat. Mudah menjadi pemberi bukan penerima zakat, dan jika diteruskan argumentasi lain tentu sangat banyak. Yang ingin kita maknai bersama ialah ada niat dan upaya untuk selalu hidup cukup bahkan jika perlu kaya sekalian. Tulisan ini bukan berarti menganggap bagi mereka yang berada pada posisi menengah ke bawah menjadi tersinggung. Adanya tulisan ini bertujuan menggugah diri sendiri dan yang lain mengambil peran untu hidup berkecukupan.


Ikhlas dalam berusaha menjadi salah satu cara untuk tidak terjebak dalam lembah keburukan. Berusaha tanpa curang dan merendahkan orang lain agar diri sendiri naik jabatan. Jalani sesuai keilmuan dan kesungguhan dalam beraktivitas sembari diniatkan segala sesuatu untuk ibadah kepada Allah. Usaha yang dimulai dan diakhiri menyertakan Allah di dalamnya maka usaha tersebut diharapkan menjadi rezeki yang diridai Allah. Sekarang mulailah memilih dan berjuang meningkatkan finansial dengan cara-cari yang menarik tentu yang tidak bersebrangan dengan nilai-nilai agama Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar