Dia menyukai hamba-hamba yang taat menjalankan hukum agama. Hamba yang melatih dan berjuang menjadi manusia yang baik. Baik berhubungan dengan Allah, baik pula prilakunya bagi manusia dan alam sekitar. Berusaha dengan keras untuk mensucikan diri dari belenggu dosa dengan cara meninggalkan prilaku buruk dan berjanji tidak mengulang kembali. Begitulah hendaknya manusia yang diidam-idamkan agama, manusia yang bercita-cita hidup mulia dan mati menuju surga.
Esensi manusia itu sulit diungkapkan. Padanan hakikat yang belum pernah utuh dibahas oleh pikiran manusia. Karena manusia punya keterbatasan sendiri dalam melihat dirinya sendiri. Allah berkuasa menetapkan batasan itu, sehingga sekuat apapun manusia menyusun rencana, maka tetap rencana Allah yang berlaku. Tentu, keberlakuan itu adalah mutlak keputusan Allah, bisa jadi keputusan itu terjadi karena mendengarkan doa hamba yang berencana, atau kehendak Allah sendiri memberikan yang terbaik untuk manusia. Sikap kita adalah menerimanya dan belajar mencari hikmah dibalik itu semua, agar kita sabar dan rida kepada Allah.
Nilai yang termaktub di paragraf di atas, bahwa untuk berjuang meraih cita-cita mulia harus pula disertakan dengan mengenali diri dengan baik dan rida kepada kehendak Allah. Manusia tidak bisa manyatakan diri sebagai manusia mulia di hadapan Allah, juga dihadapan manusia. Karena, kemuliaan seseorang itu adalah suatu prihal abstrak/gaib yang hanya Allah sendiri yang tahu. Jadi, manusia yang terlalu percaya diri menyatakan dirinya mulia sebenarnya ia mengambil alih kewenangan Allah. Sebab, diungkapkan dalam Al-Qur'an bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah ialah orang betakwa. Predikat takwa ini juga hanya Allah yang tahu.
Itulah pentingnya bagi manusia untuk mengetahui dengan baik makna hakikat menjadi manusia. Tahu asal usul dan tahu perihal apa yang harus dikerjakan dan mengerti batasan sikap. Untuk mengetahui itu, maka agama dihadirkan menjadi pedoman hidup bagi manusia. Maka, sudah menjadi pemahaman bersama, manusia yang meninggalkan atau tidak beragama Islam hakikatnya ia tidak tahu kemana arah hidup ini akan dibawa. Syukur bagi saya dan anda mengerti dan paham akan arti hidup. Semoga kita bisa saling menguatkan dan mengingatkan untuk tetap memegang agama Islam sampai akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar