Sabtu, 06 Januari 2018

Antara Timur dan Barat

Dua kutub yang kerap dinukil di dalam pesan Allah yaitu timur (masyriq) dan barat (maghrib). Matahari naik di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat. Ia seperti berjalan cekung membawa perubahan waktu yang ditandai dari pendeknya bayangan berubah menjadi panjang lalu pendek kembali. Setidaknya untuk Indonesia perlu 12 jam matahari menempuh jarak perjalanan antara timur dan barat. Dengan perkataan lain, adanya timur dan barat menunjukkan simbolik berlakunya awal dan akhir dari kehidupan.

Etika yang harus dilakonkan oleh setiap manusia ialah harus berusaha memisahkan prilaku baik dengan prilaku buruk. Proses pemisahan ini yang dianalogikan sebagai pemaknaan jarak antara timur dan barat. Karena, antara baik dan buruk, hitam dan putih tidaklah mungkin berbaur menjadi satu seperti halnya timur dan barat yang terpisah. Ini menandakan bahwa manusia harus memilih yang baik dari yang buruk, memilih yang benar dan meninggalkan yang salah. Jarak yang terpisah tersebut dapat dikatakan sebagai proses usaha keras untuk konsisten memperjuangkan kebenaran dan kebaikan dalam diri manusia. 

Nilai selanjutnya yang dapat dipahami adalah berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari prilaku buruk atau dosa. Dengan analogi ; diri di kutub timur dan dosa di kutub barat, sehingga dosa tidak mendekat dan tidak menyelubungi jiwa. Karena, jika jiwa terbelenggu oleh dosa maka ia akan kehilangan pancaran sinar Ilahi yang menyeruak dari celah-celah relung jiwa. Doa beriring harapan selalu beruntaian diniatkan oleh manusia agar terhindar dari tindakan buruk dan dosa. Perihal ini terjadi disebabkan manusia telah menyadari jika ia selalu dikepung dosa maka hidupnya tidak akan merasa tenang, di dunia apalagi di akhirat. 

Itulah gambaran dari pemaknaan antara timur dan barat. Pemaknaan tersebut yang harus selalu diingat dan diamalkan oleh setiap manusia yang mengaku muslim. Sebab penciptaan adanya kutub timur, barat dan kutub yang lain adalah sebagai ayat kauniyah (tersirat) yang harus dipelajari manusia untuk mengasah akal pikirannya. Selain itu, berpikir tentang ayat kauniyah akan menghantarkan hati manusia untuk lebih mengenal Allah, sehingga beroleh motivasi, hidayah, dan kemauan untuk setia mengabdi kepada-Nya hingga jiwa berpisah dari badan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar