Jumat, 12 Januari 2018

Pemberi tiada tanding

Datangnya kebahagiaan pada setiap manusia adalah bersumber dari Allah. Kebahagian itu bagian dari nikmat yang sangat dibutuhkan dan diidam-idamkan oleh setiap manusia. Allah selalu memberikan nikmatnya pada seluruh makhluk, seperti udara bersih yang dapat menghidupkan badan sehingga sehat dan kuat dalam menjalankan aktivitas kehidupan. 

Esensi nikmat yang paling besar ialah keimanan dan keislaman. Artinya, dengan adanya keimanan kepada Allah bahwa manusia telah mendapatkan hidayah yang menuntunnya pada jalan kebenaran. Dengan iman yang kokoh dan bersih inilah yang mampu menjadi bekal terbaik dalam menjalani hidup yang penuh rahasia Allah. Karena hanya Allah sajalah yang mengetahui apa yang terjadi esok dan masa depan. Rencana Allah di atas rencana manusia. Sebaik apapun rencana manusia namun rencana Allah lah yang maha terbaik. 

Nikmat keimanan itu hendaknya diiringi juga pengamalan atas nikmat keislaman. Dengan perkataan lain, keimanan seorang manusia dituntut buktinya dengan pengamalan Islam dengan baik dan benar. Sebagai contoh, dalam ibadah shalat. Setiap manusia yang menyatakan diri beriman wajib baginya untuk mengamalkan shalat 5 waktu dengan baik. Karena itu adalah sebagai ciri khas dan identitas sebagai penganut agama Islam. Maka sungguh menjadi aneh, mereka yang mengaku beragama Islam, namun tidak mendirikan shalat 5 waktu. 

Ingatlah Allah maha pemberi dan penyayang. Oleh karena itu, kita manfaatkan waktu dan nikmat yang ada untuk berusaha sekuat tenaga mendekatkan diri kepada Allah. Nikmat yang diberikan hendaknya menjadi motivasi untuk bergerak dan bersyukur. Bukan sebaliknya, yang mengingkari nikmat, berarti mengingkari kasih sayang Allah, lalu berarti pula ingkar kepada Allah. Itulah bagian dari definisi kata kafir! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar